Ini Penyebab PPKM di Kota Madiun Naik ke Level 2

TerasJatim.com, Madiun – Alasan Kota Madiun naik level dari 1 ke 2 PPKM, akhirnya terungkap. Diantaranya karena tracing yang dilakukan petugas Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes-PPKB) setempat, masih dinilai kurang. Utamanya saat ada 1 kasus terkonfirmasi yang ber-KTP Kota Madiun namun tinggal di Sidoarjo.
“Kita nggak punya kontak personnya, itu KTP-nya saja Kota Madiun, tinggalnya di Sidoarjo. Kita dapatnya data itu dari tabulasi, makanya kita nggak bisa tracing,” kata Kepala Dinkes-PPKB, dr. Denik Wuryani, Jumat (07/01/22).
Denik menyatakan, selain tracing, juga disebabkan adanya kendala pada aplikasi Silacak. Petugas Dinkes tidak dapat melakukan entri data. Sehingga data yang telah disediakan tidak terbaca oleh sistem. Namun, data itu kini sudah berhasil dimasukkan dan harapannya Kota Madiun bisa kembali ke PPKM level 1.
“Jadi kemarin itu teman entri nggak bisa masukkan data, sehingga nggak bisa ke saved. Kita sudah berusaha untuk itu. Kalau penyebab lain kita tidak tahu, karena belum ada kepastian dari pemerintah,” ucapnya.
Dia menambahkan, ada 2 indikator penentu level PPKM di tingkat daerah. Pertama, indikator kapasitas respon, yang meliputi positivity rate, tracing dan tingkat keterisian rumah sakit atau Bed Occupancy Ratio (BOR). Kedua, indikator penyebaran, yang meliputi jumlah kasus baru per-100 ribu penduduk per-minggu, kasus aktif dan 3 kematian per-minggu.
Tak ingin kecolongan, kini petugas kesehatan gencar melakukan tracing terhadap kasus terkonfirmasi yang ada saat ini. Bahkan jumlahnya diperbanyak agar penyebaran Covid-19 bisa dicegah.
“Terhadap kasus yang ada, kita sudah tracing juga, kita perbanyak tracingnya karena kan tinggalnya di kota. Kalau yang kemarin kan KTP-nya saja yang kota, tinggalnya di Sidoarjo, kita juga nggak punya kontak personnya, terus siapa yang mau ditanya,” imbunya.
Untuk memastikan kasus tersebut Omicron atau bukan, sambung Denik, harus ada pemeriksaan lanjutan. Sampelnya dibawa ke laboratorium di Surabaya untuk selanjutnya dilakukan penelitian.
“Terlepas itu Omicron atau bukan, pencegahan dan penanganannya tetap sama. Yang penting kita kuatkan di Prokesnya 5 M itu,” pungkas dia. (Ew/Kta/Red/TJ)