HKN 2025 di Pacitan Masih Sisakan Sejumput PR?

HKN 2025 di Pacitan Masih Sisakan Sejumput PR?

TerasJatim.com, Pacitan – Pagi belum seutuhnya mekar, jalanan di jantung kota masih lengang dan basah karena hujan. Namun, pelataran Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, Jatim, berangsur mulai disesaki orang.

Ribuan orang ini datang dari segala penjuru Pacitan; pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di 12 kecamatan, dinkes setempat, rumah sakit, ditambah dari sejumlah fasilitas kesehatan (faskes) swasta.

Mereka tak berpenampilan necis, melainkan hanya mengenakan pakaian olahraga, dan masih tetap batas sopan. Sebagian bertopi, pakai masker, dan beberapa di antaranya terlihat sedang melepas mantel, karena baru datang.

Di halaman itu, tampak sejumlah orang memegang poster mungil yang bertuliskan; BerAKHLAK, Akuntabel, Loyal, Harmonis, Ayo Cek Klik, DAGUSIBU, HPV DNA untuk pencegahan kanker serviks, dan lainnya terkait dengan kesehatan. Poster tersebut seakan menggambarkan sebuah informasi, layanan, hingga ajakan kepada masyarakat untuk hidup sehat.

“Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, kegiatan jalan sehat diberangkatkan,” ucap Heru Wiwoho, Sekretaris Daerah (Sekda) Pacitan, sembari mengangkat bendera start, saat memberangkatkan peserta jalan sehat dalam rangka kegiatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 61, di Pacitan, Sabtu (15/11/2025).

Dipayungi awan mendung, langkah para peserta ini nampak begitu ringan nan santai, namun tetap berkeringat. Udara sejuk pagi hari, menapaki jalanan basah, jadi teman di sepanjang perjalanan. Mereka mencicip rute Jalan Sasuit Tubun, kemudian menuju Jalan A Yani, Jalan Letjend S Parman, Jalan Kolonel Sugiono, lalu finish di halaman dinkes setempat.

“Pesertanya Insya Allah cukup banyak. Kita saja yang dari dinas kesehatan, seluruh puskesmas dan rumah sakit, sudah seribu lebih. Belum lagi dari faskes swasta dan lainnya,” kata dr. Daru Mustikoaji, Kepala Dinkes Pacitan, di sela kegiatan.

Tak sampai satu jam, sejumlah peserta sudah mulai meraba-raba garis finish, dengan napas yang masih teratur, jalan tegap, pun semangat untuk membersamai kegiatan selanjutnya. “Selain jalan sehat juga ada lomba voli, lomba suporter. Ini (kegiatan) merupakan tonggak, untuk bersatu memajukan kesehatan di Pacitan,” ujar Daru.

Sejumput Pekerjaan Rumah

November, separuh halaman telah tersibak, namun dinkes akui masih ada sekelumit pekerjaan rumah (PR) yang belum beres. Di antaranya persoalan stunting, yang sampai saat ini masih di angka lebih dari 10 persen.

“Stunting, meski turun dari 20,9 persen jadi 11,7 persen, tapi itu bukan akhir. Karena kita masih terus berjuang untuk zero stunting di Pacitan. Target tahun ini di bawah 10 persen. Kalau memenuhi, tahun depan kita turunkan lagi,” ungkapnya.

Di samping itu, lanjut Daru, cek kesehatan gratis (CKG) juga masih ada PR. Saat ini, kata dia, CKG baru menyentuh angka 21,3 persen. Prosentase itu masih di bawah target, yakni 36 persen pada akhir tahun. “Target, kita masih mengejar ya. Saat ini tes kesehatan gratis untuk anak-anak sekolah, kemudian nanti kita jemput bola ke masyarakat,” terangnya.

Perihal CKG, menurutnya antusias masyarakat masih kurang. Kesadaran mereka untuk memeriksakan kesehatan diri di puskesmas itu masih rendah. Padahal, lanjut dia, pemeriksaan ini untuk mendeteksi permasalahan kesehatan sedari dini, sehingga jika terindikasi idap penyakit, maka pencegahan dan penanganan dapat segera dilakukan.

“Tes kesehatan ini sangat penting bagi setiap orang, karena bisa mengetahui sejak dini permasalahan kesehatan masing-masing orang. Sehingga kalau ada penyakit bisa segera diobati,” jelas Daru.

Disoal perihal tenaga kesehatan yang ada sekarang, diakuinya masih belum terpenuhi. Bahkan masih ada di sejumlah puskesmas hanya kebagian satu dokter, yang seharusnya diisi dua orang. Meski tidak disebutkan jumlahnya, namun kekurangan itu rencananya bakal segera tertutup.

“Untuk tenaga kesehatan, merupakan prioritas transformasi dari Kemenkes (kementerian kesehatan). Di beberapa puskesmas memang belum (terpenuhi). Kalau dokter sudah ada, tapi seperti di Jeruk, Sudimoro belum dua (orang), masih satu (dokter),” katanya.

“Tapi kan bukan hanya dokter, selain itu harus ada 9 tenaga kesehatan lain di puskesmas. Ada beberapa memang yang masih kurang. Rencananya ada rekruitment blud. Kita menunggu pendapat hukum dari kejaksaan, kalau sudah keluar nanti akan diumumkan untuk bisa rekrut tenaga kesehatan. Jadi yang rekrut dinkes untuk jadi pegawai blud di puskesmas,” imbuhnya.

Kekerasan Terhadap Nakes Jadi Prioritas Perhatian

Kekerasan terhadap tenaga medis atau tenaga kesehatan (nakes) memang tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun. Keselamatan dan keamanan para tenaga medis ini dilindungi oleh undang-undang, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

Di sejumlah daerah di Indonesia, kasus tersebut masih kerap terjadi. Misalnya, pada pertengahan Agustus 2025, seorang dokter di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, jadi korban kekerasan verbal oleh keluarga pasien, kemudian di Indramayu terjadi pengeroyokan kepada seorang dokter umum, dan sederet kasus yang menimpa tenaga medis lain di beberapa daerah.

Berkaca dari hal tersebut, tentunya harus jadi perhatian semua pihak, agar di kemudian hari tak lagi terdengar persoalan serupa. “Terjadinya ancaman, kekerasan terhadap nakes ini masih cukup tinggi. Tentu ini jadi perhatian kita bersama, agar tidak terjadi di Pacitan,” kata dr. Johan Tri Putranto, Direktur RSUD dr. Darsono Pacitan.

“Ketika terjalin komunikasi yang baik, antara keluarga, pasien dan juga petugas kesehatan, tentu hal itu (persekusi) tidak akan terjadi,” lanjut dia.

Dikutip TerasJatim.com dari sejumlah sumber, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan, tidak akan menoleransi kekerasan terhadap tenaga medis atau tenaga kesehatan. Mereka berhak mendapatkan perlindungan hukum yang dijamin oleh undang-undang.

Dan, setiap menjalankan tugasnya tentunya berdasarkan standar profesi, prosedur operasional baku atau SOP, dan standar pelayanan kesehatan yang berlaku di masing-masing fasilitas kesehatan.

“Pada prinsipnya, kami petugas kesehatan sudah mewakafkan diri kita untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Artinya, kita tidak ada niatan sedikit pun karena di bawah sumpah keprofesian, untuk tidak memberikan pelayanan yang baik,” ungkap Johan.

Untuk itu, Johan mengajak semua pihak untuk saling menghormati dan tidak bertindak di luar batas, sehingga akan tercipta lingkungan pelayanan kesehatan yang baik.

“Dengan sumpah profesi itu, kami harap temen-temen nakes juga konsisten menjaga marwah profesi, dan mohon dukungan masyarakat untuk juga bisa bekerjasama dengan baik,” tukasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim