Wartawan Bukan Pengemis Apalagi Preman !

Wartawan Bukan Pengemis Apalagi Preman !

TerasJatim.com, Bojonegoro – Entah untuk kali yang keberapa, belasan atau mungkin ratusan, saya mendengar ‘rasan-rasan’ berkaitan dengan keluhan dari sejumlah pihak yang mengaku risih atas perilaku sejumlah ‘oknum’ yang melabeli dirinya sebagai wartawan, namun tak mencerminkan sifat luhur profesi kewartawanan.

Awalnya, saya pikir itu hanya celoteh pejabat publik atau pihak yang alergi terhadap pelaku media karena khawatir kinerja mereka yang ‘belepotan’ dikritisi atau paling tidak dimuat dalam pemberitaan sehingga membuat kursi nyaman mereka berpindah ke orang lain.

Namun, ternyata tidak melulu demikian.

Dari sekian banyak kenalan dan relasi yang risih itu ternyata rata-rata bukan karena khawatir kinerjanya dikontrol (meski tak sedikit juga yang demikian), namun lebih dikarenakan para ‘oknum’ yang mengaku wartawan itu justru ‘ngrepoti’ mereka dengan meminta ‘sangu’ tiap kali datang bertamu.

Parahnya, jenis oknum seperti itu, katanya akan nampak wira-wiri ketika ada proyek atau pencairan anggaran semacam ADD dan DD atau anggaran lainnya. Lebih parah lagi, setiap kali bertamu, biasanya rombongan minimal 3 orang atau bisa lebih dari 5 orang.

Modele gaya-gaya, macak’e baju masuk, sepatune pantople kayak intel, sithik-sithik ngetokno kartu pers, tapi koq ra tau ngerti hasil tulisane. Ono sing nulis yo ra karu-karuan beritane, ra ngalor ra ngidul, kok pede yo?,” kata seorang kawan yang ketepatan menjadi Sekcam, terheran-heran.

Seorang kawan lain yang bekerja sebagai staf di salah satu SKPD lingkup Pemkab Bojonegoro, pernah bertanya kenapa setiap kali ada acara di kantornya banyak wartawan yang datang tapi yang nulis berita cuma beberapa saja, terus apakah yang selebihnya itu wartawan beneran atau ‘akon-akon‘ saja?

“Yang menulis berita itu biasanya orangnya nyantai dan tidak sok. Tak titeni, yang macak’e biasa-biasa itu malah yang wartawan beneran, tapi yang over dan sok pinter sok akrab itu oknum wartawan abal-abal,” tukasnya.

Miris juga rasanya mendengar ungkapan dari kawan yang bekerja di birokrasi tersebut tentang ulah para oknum yang (nyaru) wartawan tersebut. Namun secara jelas kawan tadi tidak menggeneralisir semua seperti itu. Banyak wartawan yang karyanya jelas dan tulisan beritanya mencerahkan publik.

Jadi, pada prinsipnya profesi wartawan adalah profesi mulia. Di situ ada kontrol sosial, menyuarakan kebenaran dan keadilan, mencerdaskan dan juga hiburan. Bukan seperti apa yang dilakoni para oknum yang macak wartawan tanpa karya tulis apalagi idealisme sesuai kode etik jurnalistik tersebut.

Wartawan itu adalah mereka yang mempunyai karya, setidaknya menulis berita, bukan hanya yang sekadar ‘ngaku-ngaku’ dengan bermodalkan kartu pers bikinan sendiri untuk menakut-nakuti bahkan memeras mangsa dengan modus jika tak mau bayar maka beritanya akan disebar.

Wartawan adalah pejuang, bukan pengemis apalagi PREMAN !

Salam.

(Saiq/TJ – Ditulis berdasar kecintaan terhadap profesi luhur wartawan)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim