Warga Pesimis Pengisian Perangkat Desa Serentak di Bojonegoro Berlangsung Fair Play

Warga Pesimis Pengisian Perangkat Desa Serentak di Bojonegoro Berlangsung Fair Play

TerasJatim.com, Bojonegoro – Merebaknya isu terkait adanya oknum DPRD dan Asosiasi Kepala Desa (AKD) Kabupaten Bojonegoro, Jatim, yang diduga datang melobi Universitas Negeri Semarang (UNNES), selaku pembuat naskah soal ujian perangkat desa guna meloloskan sejumlah calon perangkat desa, tak pelak menjadi opini liar di tengah masyarakat.

Sejumlah warga terutama para calon perangkat desa mengaku pesimis bahkan tidak percaya jika ujian pengisian perangkat desa serentak se Bojonegoro yang bakal digelar tanggal 26 Oktober mendatang bisa berlangsung fair play.

Pasalnya, kuat dugaan telah terjadi kongkalikong alias sogok menyogok agar lolos menjadi perangkat desa.

Dari penelusuran TerasJatim.com di lapangan, meski Komisi A DPRD telah menggelar konferensi pers (konpers) untuk mengklarifikasi isu negatif tersebut pada Senin (23/10) kemarin, tetapi nyatanya warga tak begitu saja mempercayainya.

Saat konpers itu, seperi diberitakan sejumlah media lokal sebelumnya, Anam Warsito, wakil Ketua Komisi A DPRD Bojonegoro tidak menampik bahwa dirinya dan Sugeng Ketua Komisi A beserta tiga orang perwakilan AKD Bojonegoro memang mendatangi UNNES di Semarang.

“Ya, ada 5 orang datang ke UNNES, itu benar. Pak Sugeng dan saya selaku ketua dan wakil ketua Komisi A beserta 3 orang perwakilan AKD,” ujar Anam, dalam konpers bersama anggota Komisi A lainnya.

Anam mengaku, selain dirinya dan Sugeng, 3 orang perwakilan AKD itu antara lain Kades Plesungan Kapas, Kades Prayungan Sumberejo dan Kades Wedi Kapas.

Namun demikian, dengan tegas ia membantah jika kedatangan mereka itu untuk lobi pelolosan calon perangkat desa yang dijagokan. “Bahwa kami dengan jabatan kedinasan ketua dan wakil ketua, kami mendapat mandat dari Pemkab Bojonegoro dan pimpinan dewan untuk menjadi tim pengisian perangkat desa selaku evaluator,” terangnya panjang lebar.

Menanggapi klarifikasi tersebut, warga yang sedari awal sudah ketir-ketir adanya dugaan kecurangan dalam ujian pengisian perangkat desa serentak itu, justru semakin tidak percaya. Bantahan itu juga membuat opini warga semakin liar dan menganggapnya tak lebih hanyalah sekadar sandiwara belaka.

“Dengan adanya bantahan itu, saya kok malah jadi mikir dan makin ragu jika ujian perangkat itu akan bersih. Saya tidak menuduh, tapi sejak awal memang ada desas-desus bahwa ada permainan uang agar bisa lolos,” kata IP, salah satu calon perangkat desa di Kecamatan Sumberejo, Selasa (24/10).

Sementara warga lainnya A Rozi (55), yang mencalonkan anaknya mengatakan, di desanya juga muncul istilah kalau bukan jagonya Kades lebih baik jangan banyak berharap untuk bisa lolos menjadi perangkat desa, karena semua sudah diatur asal mau menyetorkan sejumlah uang yang nilainya puluhan juta bahkan ada yang hingga ratusan juta.

Lha wes kadhung daftar, yo kudu tarung. Tapi kalau pakai acara sogok-menyogok seperti ini tinggal tunggu saja saat kehancuran para pelakunya,” ungkapnya.

Sekadar diketahui, merebaknya isu kongkalikong ini pertama kali dilontarkan oleh Bupati Bojonegoro Suyoto, yang mengaku mendapat laporan dari pihak UNNES bahwa ada 7 orang yang disinyalir merayu UNNES untuk meloloskan sejumlah calon perangkat desa titipan mereka dalam ujian pengisian perangkat serentak nanti. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim