Warga Pacitan Kudu Bangga, Salah Satu Pengukir Uang Kertas RI Ternyata Orang Bandar

Warga Pacitan Kudu Bangga, Salah Satu Pengukir Uang Kertas RI Ternyata Orang Bandar

TerasJatim.com, Pacitan – Siapa sangka, jika salah satu pengukir uang kertas Republik Indonesia (RI) adalah seorang warga di Kabupaten Pacitan, Jatim.

Dia bernama Sudirno (79), warga RT 01, RW 09, Dusun Ketro, Desa Petungsinarang, Kecamatan Bandar. Ia seorang engraver (pengukir gambar) yang bergabung dengan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) pada 22 Juni 1965 silam.

Ditemui di kediamannya, Sudirno menceritakan, sebelum bergabung dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu, pada awalnya ia ke Jakarta hanya menyusul sang pacar dan dia berada di Asrama Brimob pada waktu itu.

Singkat cerita, ketika ada lowongan pekerjaan di Perum Peruri, kemudian dia membuat lamaran, melamar, dan akhirnya diterima bekerja.

“Awalnya ke Jakarta itu nyusul pacar. Terus melamar di Peruri dan diterima,” kenang Sudirno, dengan nada suara yang terdengar lirih dan dalam, Jumat (13/08/21).

Adapun hasil karyanya yakni uang kertas Rp1.000 dengan gambar depan Dr Soetomo terbitan 1980 dan uang kertas Rp10.000 bergambar depan RA Kartini, terbitan 1985. Namun, ia mengklaim bahwa telah melukis uang kertas nominal Rp1.000 hingga Rp100 ribu

“Banyak. Hampir menyeluruh itu karya saya,” kata Sudirno, sambil terkekeh.

Ternyata, dalam melukis uang kertas itu butuh waktu yang tidak sebentar atau sekitar 2 bulan, dan ia mengaku belajar melukis hanya dari bakat alami yang dimilikinya.

“Tergantung. Paling 2 bulan, depan dan belakang. Bisa melukis ya hanya bakat saja,” ungkap Sudirno, seraya menambahkan, lukisan pada uang kertas yang telah beredar tersebut adalah filosofi budaya yang ada Indonesia.

Sayangnya, beberapa pertanyaan yang telah dilontarkan oleh awak media tidak mendapat jawaban yang tepat, atau tidak nyambung. Hal ini dimaklumi mengingat di usianya yang tidak lagi muda, tidak menutup kemungkinan pendengarannya berkurang dan penyampaian Sudirno juga lirih.

Sementara itu, Kapolres Pacitan, AKBP Wiwit Ari Wibisono, saat berkunjung ke kediaman Sudirno mengatakan, bahwa warga Pacitan patut berbangga. Hal ini karena masih ada tokoh yang masih hidup dan telah berhasil menorehkan namanya pada mata uang Indonesia.

“Beliau masih ada (hidup) di Tanah Air ini, maka kita perlu menjaga dan menghormatinya. Ketika saya mendengar beliau masih hidup dan sekaligus ini merayakan kemerdekaan, maka saya ajak beliau untuk turut merasakan kemerdekaan ini,” ungkap Kapolres, seusai memberi santunan dan paket sembako kepada Sudirno, Jumat siang.

Dari pengakuannya, lanjut Wiwit, Sudirno berhasil melukis mata uang mulai dari nominal Rp1000 sampai Rp100.000. Bahkan ia mendapat beberapa penghargaan atas karyanya. “Menurut piagam yang ia terima, beliau pernah mendapat penghargaan 10 tahun berturut-turut melukis uang, mulai tahun 1965-1975,” ungkapnya.

Dengan adanya tokoh seperti Sudirno, Kapolres berpesan kepada generasi muda khususnya di Pacitan agar tokoh yang baik pada masa lalu dapat dijadikan contoh, suri tauladan yang juga baik di masa mendatang.

“Pak Sudirno sudah berhasil menorehkan sesuatu untuk bangsa. Sedangkan saya belum tentu bisa menorehkan sesuatu untuk bangsa yang tercatat di dalam sejarah Indonesia. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama, untuk itu berbuatlah baik untuk bangsa dan negara, kalau bisa tercatat dalam sejarah Indonesia,” pungkasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim