Suliyah, Warga di Pacitan Berkepribadian Emas

Suliyah, Warga di Pacitan Berkepribadian Emas

TerasJatim.com, Pacitan – Keterbatasan materi tak menyurutkan niat perempuan 40 tahun di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, untuk bersedekah, berbagi kepada sesama. Selain berharap rida Allah SWT, baginya dengan bersedekah tak akan membuatnya miskin.

Adalah Suliyah, warga di RT 03, RW 06 Lingkungan Ngumbul, Dusun Tegal, Desa Mangunharjo, Kecamatan Arjosari.

Cara berbagi perempuan yang berprofesi serabutan itu sebenarnya cukup sederhana. Seperti ketika mendapat bantuan sembako, (beras, minyak goreng), ia berinisiatif untuk membagikan kepada warga sekitar yang tidak dapat.

Di samping itu, makanan pokok tiwul berbahan singkong yang ia konsumsi bersama keluarga di setiap harinya, juga sering dibagikan kepada warga sekitar.

Sosok ibu 3 anak ini seperti memiliki ‘kepribadian emas’ yang telah melekat lama dalam dirinya, atau sudah dijalaninya selama bertahun-tahun dan tak mudah bagi siapapun untuk mengcopy paste. “Ini salah satu cara kami untuk bersyukur. Materi tidak berarti apapun jika tidak disedekahkan,” tutur Suliyah, beberapa hari lalu.

Sebenarnya, kehidupan keluarga itu bisa dikatakan pas-pasan, atau hanya cukup untuk makan saja. Terlebih, jika melihat rumah tinggalnya yang hanya berdinding anyaman bambu dan berlantaikan tanah. Di sisi lain, anak sulungnya mengalami cacat fisik sejak usia 5 tahun.

Kondisi serba kekurangan itu tidak membuatnya putus asa untuk terus berbagi kepada warga lain, yang juga kurang beruntung dari segi ekonomi. “Hidup keluarga saya ya seperti ini, anak saya cacat dan menderita epilepsi. Saya hanya bisa pasrah, ikhlas dan berbuat baik terhadap orang lain,” ungkapnya.

Dari pengakuan Nindi Sri Rahayu, salah satu warga setempat, Suliyah bukan hanya membagikan sembako dan makanan pokoknya saja, tetapi ia juga ikhlas menyumbangkan tenaga, dengan mencarikan air untuk berwudlu bagi warga yang hendak melaksanakan ibadah salat.

“Air untuk wudlu itu diambil dari sumber di tengah hutan. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari tempat tinggal Ibu Suliyah. Jalannya setapak, ia susuri sambil gendong jeriken,” kata Nindi.

Nindi pun mengakui jika kondisi keluarga Suliyah memang tergolong pas-pasan. Di mata warga, istri dari Ponimin (suami) itu memang gemar berbagi.

“Mau makan untuk keluarga sendiri saja sulit dan punya anak cacat. Tapi orangnya memang senang bersedekah. Ya seperti sembako, jajanan kue kering untuk lebaran nanti dan jenis makanan lain hingga nasi tiwul buatanya sendiri,” sebut Nindi, menambahkan.

‘Wong utah bakale wutuh’, yang memiliki makna kurang lebih, apa yang ia sedekahkan suatu saat akan kembali kepada dirinya sendiri.

Begitulah pepatah Jawa menggambarkan sosok Suliyah. Dia berbagi meskipun hidupnya sendiri masih serba kekurangan. Baginya, niat tulus ikhlas seorang hamba dari Yang Maha Kaya, tak membuatnya takut hidup miskin. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim