Setelah Nonton Video Porno, 40 Persen Anak Tertarik Mempraktikkan

Setelah Nonton Video Porno, 40 Persen Anak Tertarik Mempraktikkan
Mensos Khofifah Indar Parawansa, menghadiri acara Satu Abad Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, Minggu (15/05)

TerasJatim.com, Jombang  – Sekitar empat puluh persen anak yang pernah melihat hingga kecanduan nonton tayangan pornografi, tertarik untuk mempraktikkan.

Tayangan dengan konten pornografi tersebut menjadi pemicu dominan dari kasus kekerasan seksual yang melibatkan anak-anak.

Fakta tersebut sebagaimana diungkapkan Menteri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa, saat ditemui usai menghadiri acara Satu Abad Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, Minggu (15/05).

Menurut Mensos, konten pornografi menjadi penyebab tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak yang melibatkan anak-anak sebagai pelakunya.

Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan sejak tahun 2000, lebih dari 40 persen anak yang kecanduan menonton video porno tergerak untuk melakukan.

“Ternyata ketika anak-anak mengakses konten video porno, maka 67-75 persen itu potensial kecanduan. Kalau sudah begitu, maka dia akan sering nonton. Yang sebelumnya dianggap tabu kemudian berubah menjadi dianggap biasa,” kata Khofifah.

Anak-anak yang kecanduan menonton tayangan dengan konten porno, lanjut Ketua Umum PP Muslimat NU ini, sekitar 39-49 persen, memiliki kecenderungan untuk menirukan apa yang ditampilkan dalam video porno tersebut.

”Jadi, tinggi sekali pengaruh antara akses konten video porno dengan kecanduan menonton yang kemudian kemungkinan dia menirukan,” jelasnya.

Khofifah menjelaskan, kekerasan seksual terhadap anak yang baru-baru ini terjadi di Bengkulu dan Surabaya, juga dipengaruhi oleh faktor konten porno dan minuman keras.

“Saya tanya (pelaku) apakah pernah menonton video porno? jawabnya pernah, menggunakan apa? jawabnya menggunakan Handphone,” paparnya.

“Ada benang merahnya bahwa kecanduan menonton konten porno ditambah minuman keras adalah pemicu dominan dari kasus kekerasan seksual anak. (Kasus) Bengkulu dan Surabaya memiliki kecenderungan yang sama,” ungkap Khofifah Indar Parawansa. (MSi/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim