Pupuk Entah Kemana, Tikus Merajalela, Petani di Bojonegoro Merana

Pupuk Entah Kemana, Tikus Merajalela, Petani di Bojonegoro Merana

TerasJatim.com, Bojonegoro – Kelangkaan pupuk yang dibutuhkan para petani di wilayah Kabupaten Bojonegoro Jatim, pada Musim Tanam (MT) I musim penghujan di akhir tahun 2020 ini, membuat pusing tujuh keliling para pejuang pangan di telatah Angling Dharma ini.

Pupuk subsidi yang dijatah oleh pemerintah tak cukup untuk menuhi kebutuhan petani meski telah menerapkan sistem pemupukan berimbang sesuai arahan Petugas Pertanian Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian.

Sementara pupuk non subsidi harganya nyaris tak terjangkau oleh petani yang notabene minim pendapatan. Salah satu solusi pintasnya dipastikan hutang yang tentu makai agunan. Peraoalannya, tidak semua petani atau sejatinya buruh tani ini punya barang berharga untuk dijaminkan hutang.

Kondisi begini diperparah dengan munculnya pasukan pengerat yang tak main-main jumlahnya. Hama tikus datang dari segala penjuru dan menggasak apa yang ada di sawah. Benih persemaian (wineh, red) dan padi baru tanam ludes diacak-acak. Petani yang sudah jatuh ketiban ondo pula.

“Garem (pupuk, red) angel, non subsidi mahal pol sepaket sampek Rp400 ribu ditambah serangan den bagus (baca; tikus). Wong tani golong koming saat ini,” ujar Ahmad Munir (52), seorang petani asal Kepohbaru.

Pantauan di berbagai forum diskusi petani di jejaring sosial, didapat keluh kesah petani atas sulit dan mahalnya pupuk plus hama tikus ini merata di wilayah pertanian Bojonegoro, dari ujung timur hingga barat dan seterusnya.

Akibat sulit dan mahalnya pupuk yang dikeluhkan petani tersebut, maka kemudian muncul peredaran pupuk non subsidi produk rumahan yang diduga tak berkualitas (untuk tak menyebutnya palsu), yang ditawarkan para pencari untung di tengah himpitan kesempitan petani.

Berbagai tampilan pupuk tersebut nyaris menyerupai pupuk-produk pabrikan pupuk BUMN dan swasta yang telah lolos uji laboratorium pertanian. Namun sejatinya bila agak cermat meneliti, rupanya segala rupa tampilan itu tak lebih hanya dimirip-miripkan semisal dengan logo Petrokimia.

“Nek kualitase ya nggak jelas, iki pupuk ngunu kuwi gawean manual. Kandungane pupuknya gak jelas, cuma mirip saja,” kata mantan pemain pupuk ‘abal-abal’ yang kini telah insyaf.

Sumber terpercaya TerasJatim.com, ini mengaku menyesal karena merasa telah merugikan petani dengan memasarkan pupuk tak jelas kandungannya yang ia katakan dari daerah Wadeng Sidayu Gresik tersebut.

“Saya menjualnya, tapi tak pernah sekalipun saya gunakan untuk memupuk tanaman di sawah saya sendiri. Keluarga dan orang-orang dekat saya juga aaya larang menggunakannya karena sama dengan mengurug sawah saja, tidak ada kasiat pupuknya,” terang dia penuh penyesalan.

Sebagai anak petani tulen, dirinya berharap para petani lebih teliti dalam hal pupuk demi lesuburan tanah mereka. Ia menyarankan, ika ada yang menawarkan pupuk sebaiknya meminta pertimbangan PPL untuk mengetahui kandungannya agar tidak buang-buang uang.

Sementara itu, serangan tikus yang membuat petani menangis darah hingga saat ini belum mendapat solusi jitu dari pihak terkait, khususnya Dinas Pertanian atau yang berkepentingan dengan ketahanan pangan. Kalaupun ada, informasinya hanyalah sebatas formalitas semata.

Segala cara telah dilakukan petani untuk menghalau pasulan pengerat tersebut. Mulai dari gropyokan dan pestisida pun tak mempan mengatasinya. Sejumlah pihak menyarankan memasang predator tikus, yakni burung hantu di setiap petak sawah.

Yang pasti, petani wajib dibantu sebelum melempar handuk putih sebagai tanda menyerah akibat tak mampu menahan beban derita yang mendera.

Jika pejuang pangan dalam negeri ini terkapar, lantas yang lain makan apa?

Saiq, Kabiro TerasJatim.com Bojonegoro & Tuban

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim