Prof Mahfud: Marak Hoaks Jelang Pemilu Merupakan Gerakan Pengacau Pemilu

Prof Mahfud: Marak Hoaks Jelang Pemilu Merupakan Gerakan Pengacau Pemilu

TerasJatim.com, Surabaya – Jelajah Kebangsaan yang digagas oleh Gerakan Suluh Kebangsaan telah sampai di Stasiun Gubeng Surabaya, pada Kamis (21/02/19).

Gerakan yang diketuai oleh Prof. Moh. Mahfud MD ini merupakan perjalanan dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Merak menuju Stasiun Banyuwangi dengan jarak tempuh 1.341 Kilometer.

Saat tiba di Stasiun Gubeng, Surabaya, Mahfud MD, yang juga Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan ini kembali mengingatkan, maraknya peredaran berita bohong (hoaks) yang terjadi menjelang Pemilu 2019 ini merupakan gerakan pengacau pemilu.

Menurutnya, pengelompokan yang menajam ketika pemilu sebenarnya hal yang wajar. Namun, yang terjadi saat ini adalah penajaman yang saling serang secara tidak etis dan disertai hoaks yang diproduksi terus menerus.

“Hoaxks itu satu gerakan sesat yang makin dikatakan sesat, makin dikembangkan. Kesadaran akan pentingnya demokrasi sebagai sarana untuk menangkal hoax,” ujarnya.

Selain hoaks, Mahfud MD juga mengingatkan masyarakat agar tidak golput dalam pemilu 2019. Ia mengingatkan, golput akan merugikan masyarakat Indonesia sendiri. “Memilih pemimpin sangat penting dan itulah sikap patriotisme kita sekarang,” ujarnya.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini menjelaskan, untuk menunjukkan sikap sebagai seorang patriotisme jaman sekarang bukan di medan perang melawan penjajah atau perang secara konvensional. Namun yang menjadi lawan rakyat Indonesia saat ini adalah perang diplomasi, perdagangan hingga perang melawan hoaks atau kabar bohong.

“Kalau cinta ke bangsa, jangan berpikir pernah beli kapal perang berapa, senjatanya apa, tapi yang dibutuhkan adalah otak diplomasi dari seorang pemimpin dan wakil rakyat yang benar pada Pemilu,” ucapnya.

Sementara, di tempat yang sama, pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat KH Agoes Ali Masyhuri mengimbau, perbedaan pilihan pada Pemilu jangan dianggap sebagai lawan, tapi justru sebagai penguat persatuan dan kesatuan.

Gus Ali, sapaan akrabnya, mengaku optimistis pada 2045 Indonesia akan menjadi kiblat peradaban dunia. “Asalkan dengan catatan, bangsa Indonesia harus bersatu dan jangan mau diadu domba,” katanya.

Dari Pemilu, lanjut dia, akan lahir pemimpin dan anggota parlemen yang bisa melindungi rakyatnya, sebab jika memilih pemimpin lemah maka kedaulatan bangsa ini diremehkan.

“Semisal ada persoalan dengan negara lain, lalu kalau pemimpin lemah, bahkan tidak benar maka akan menyebabkan kedaulatan negara digerus bangsa lain,” kata kyai yang juga salah satu tokoh asal Madura tersebut.

“Golput itu merugikan. Pilihlah yang lebih baik dari yang ada. Itu gerakan kita akan kesana. Gerakan memilih secara sadar. Disini kami tidak mengkampanyekan siapa, yang penting jangan golput. Karena sesudah anda memilih, yang mengurus yang menang,” pungkasnya.

Dalam Dialog Kebangsaan Seri VIII Surabaya di Stasiun Gubeng Surabaya ini, selain Mahfud MD, tampak hadir Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan, Emil Dardak Wakil Gubernur Jatim dan sejumlah tokoh seperti Alissa Wahid, K.H. Abdul A’la, dan Syamsul Arifin.

Sekedar diketahui, Jelajah Kebangsaan digelar dalam 9 seri mulai dari Stasiun Merak ke Stasiun Banyuwangi. Perjalanan selama 5 hari sejak 18-22 Februari 2019 ini telah mengunjungi Stasiun Merak, Gambir, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo Balapan, Jombang, Gubeng, dan akan berakhir pada tanggal 22 Februari nanti di Stasiun Banyuwangi. (Jnr/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim