PNS, Pokoke Nduwe Seragam

PNS, Pokoke Nduwe Seragam

TerasJatim.com – Kalau ditanya apa enaknya jadi PNS, jujur saya tidak bisa menjawabnya. Pertama, karena saya se-umur-umur belum pernah ikut ngelamar dan ikut tes CPNS. Kedua, saya belum pernah jadi pegawai sukwan, honorer apalagi PTT. Ketiga, saya belum pernah ikut capeg, pra-jabatan dan disumpah jadi abdi negara, apalagi punya seragam korpri.

Tapi, menurut teman-teman saya yang biasa kerjo rekoso, biasa kinerjanya ditarget dan sering di-under pressure, jadi PNS itu inuk dan wuenak. Buktinya, banyak orang tua (bukan orang tua saya) yang menginginkan anaknya atau paling tidak mantunya untuk menjadi PNS.  Alasan mereka sederhana, jika menjadi PNS minimal jaminan hidup sudah ada. Gaji tiap bulan tepat waktu dan gak pernah telat, punya asuransi kesehatan, kalau punya jabatan biasanya dapat motor dan mobil plat merah serta jaminan hari tua kalau sudah pensiun. Makanya tidak heran jika konon kabarnya ada label dan tarip harga untuk sebuah kursi PNS, walaupun itu sebatas bisik-bisik ditingkat makelar.

Kemarin (28/9) ribuan bidan (yang katanya) dari seluruh indonesia dan mereka masih berstatus bidan PTT, “demo”. Mereka yang datang dari penjuru sampang, nganjuk, banyuwangi dan daerah-daerah lain di indonesia unjuk kekuatan di depan istana presiden. Mereka datang jauh-jauh dengan nyarter bus atau pesawat dan bisa jadi meninggalkan pasien serta tanggung jawabnya sebagai bidan desa, hanya ingin segera diangkat diberi SK, disumpah dan diberi hak serta digaji sebagai PNS.

Bukan hanya bidan PTT saja yang nggerundel di tingkat nasional tentang belum jelasnya status kepegawaian mereka. Di daerah-daerah sekeliling kita, sering terjadi hal serupa. Rata-rata keluhan dari mereka sama. Selain sudah bertahun-tahun bahkan ada yang sampai belasan tahun nasibnya ngambang. Banyak diantara mereka yang mengaku sering mendapat perlakuan diskriminasi dari pemerintah daerahnya. Semisal gaji yang mereka terima di bawah UMK, jam kerja yang tidak jelas, jaminan kesehatan dan kesejahteraan yang minimalis. Itu sebagian besar poin dari keluhan mereka.

Jujur, saya tidak begitu paham tentang status kepegawaian di lingkungan pemerintahan. Yang saya dengar ada tenaga K1, K2 dan PTT, dan itu jumlahnya di indonesia jutaan. Mereka semua berharap maunya segera dan gak pake lama untuk di PNS-kan. Tapi masalahnya negara mempunyai keterbatasan tentang anggaran untuk belanja dan gaji pegawai. Apalagi disinyalir dalam anggaran belanja pegawai kita lebih besar dari pada anggaran belanja pembangunan. Dan itu sudah bertahun-tahun terjadi. Malahan, ada beberapa daerah yang belanja pegawainya di atas 70 persen. Managemen pemerintahan kita termasuk di sebagian daerah, hari-harinya masih berkutat dengan kalkulator dan hitungan angka-angka gaji yang harus dibayarkan ke pegawainya. Jadi jangan salah kalau mereka tidak punya cukup duit untuk membangun fasilitas dan infrastrukurnya. Malah konon kabarnya, ada daerah yang nyari utangan ke beberapa bank untuk nalangi kebutuhan anggarannya.

Saya tidak tahu, apakah menjadi abdi negara itu merupakan panggilan jiwa dan pilihan hidup yang harus mereka jalani. Kalau memang itu semua benar, kita patut mengapresiasi. Alangkah mulianya niat mereka. Sebab kita semua tahu besaran pendapatan dari gaji resmi mereka. Yang saya lihat di tabel gaji PNS 2015 untuk golongan I terendah 1,4 juta perbulan. Sedang untuk yang punya pangkat tertinggi  IV E, gaji resmi mereka sekitar 5,6 juta perbulan. Saya tidak ingin masuk ke wilayah tentang pundi-pundi rejeki sampingan dan ceperan-nya. Saya tidak tahu apakah dari gaji mereka cukup atau kurang dalam menghidupi kebutuhan mereka dan keluarganya sehari-hari. Nyatanya, animo masyarakat tiap tahun semakin tinggi untuk berlomba-lomba menjadi PNS. Bahkan sudah banyak yang mulai gelisah, galau, tengak-tengok  mencari link untuk memuluskan jalan keinginan mereka. Mereka beranggapan bahwa menjadi PNS adalah segalanya. Padahal kalau kita mau dan ingin, masih banyak profesi-profesi yang lain yang menjanjikan masa depan. Di swasta misalnya, mereka hanya membutuhkan pegawai yang memang punya kualifikasi untuk digaji tinggi.

Mungkin masalahnya, masih banyak yang beranggapan sebagai PNS adalah sebuah prestasi. Menjadi pejabat  di pemerintahan adalah gengsi dan harga diri. Kadang mereka lupa bahwa hakikat seorang pegawai negeri apapun pangkat dan jabatannya, adalah abdi.

Dengan masih kentalnya kultur dan pandangan masyarakat terhadap sebuah profesi PNS, tentu kita berharap agar pemerintah memberikan ruang seleksi yang sama, ketat dan transparan tentang ukuran menjadi calon pegawainya. Sehingga pada akhirnya, kita mempunyai pegawai yang punya kompetensi dan kapasitas yang pas. Jangan karena alasan kasihan, karena bolo dewe,  masih kerabat  atau alasan-alasan subyektif lainnya yang dipergunakan untuk sebuah alasan recruitment. Kita ingin punya PNS dan abdi yang hebat,  bermutu tinggi kalau perlu diberi gaji yang tinggi dan bisa dibanggakan.

Kita tidak ingin punya PNS yang berjiwa Pokoke Nduwe Seragam.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim