Pinggiran Hutan Bojonegoro, Kering Kerontang

Pinggiran Hutan Bojonegoro, Kering Kerontang

TerasJatim.com, Bojonegoro – Sudah lebih dari 9 bulan terakhir hujan belum tiba. Musim kemarau panjang tidak hanya dirasakan oleh sebagian masyarakat perkotaan saja, namun juga sangat membuat penderitaan warga yang sebagian tinggal di desa-desa pinggiran hutan di wilayah kabupaten Bojonegoro. Sejumlah kawasan pinggiran hutan bojonegoro mengalami krisis air, menyusul kemarau yang memasuki masa puncak. Tak terkecuali beberapa Kecamatan yang berbatasan langsung dengan hutan juga mengalami kekurangan air.

“Beberapa sumur warga memang masih keluar air tapi volumenya sangat kecil. Air sumur itu hanya cukup untuk kebutuhan minum dan mencuci saja,” ujar Juri,  salah satu warga di Kecamatan Tambakrejo, yang sempat disambangi TerasJatim.com beberapa waktu lalu.

Tak berbeda dengan daerah Tambakrejo, dampak krisis air akibat musim kemarau yang memasuki fase puncak juga dirasakan warga di Kecamatan
Bubulan. Desa-desa yang sejatinya bersentuhan langsung dengan hutan itu kering kerontang. “Susah air mas, nggak seperti dulu ketika hutan masih ‘rumbuk‘. Sumur-sumur pada kering karena hutannya gundul, gak ada lagi kandungan air yang tersimpan di tanah,” ungkap warga yang mengaku merasakan dampak gundulnya hutan. Ia juga mengaku, dahulu walaupun kemarau panjang, orang-orang di desanya tak begitu merasakan sulitnya mencari air. Musim kemarau tetap kering tapi tidak sekering beberapa tahun belakangan ini.

Beruntung, pihak BPBD Bojonegoro terus melakukan droping air bersih secara berkala di kecamatan-kecamatan yang rawan kekeringan. Pihak perhutani juga melakukan hal serupa untuk desa-desa yang dekat dengan kawasan hutan. (Iq/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim