Peternak Ayam Petelur Boikot Pakan, Agen Pakan Pabrikan di Blitar Merugi

Peternak Ayam Petelur Boikot Pakan, Agen Pakan Pabrikan di Blitar Merugi

TerasJatim.com, Blitar – Setelah beberapa waktu sempat mereda, para peternak ayam petelur di wilayah Blitar raya Jawa Timur, kembali melakukan unjuk rasa hingga menggeruduk Istana Presiden untuk mendesak pencopotan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman.

Bukan hanya itu, bahkan peternak masih terus melakukan boikot terhadap sejumlah pakan pabrikan. Dampaknya, banyak agen pakan yang mulai merugi lantaran omset cenderung menurun.

Informasi yang dihimpun, sebelumnya para peternak melakukan boikot terhadap empat produk pakan pabrikan, seperti Pokphand, Japfa Comfeed, Malindo, dan Wonokoyo.

Namun saat ini boikot hanya tinggal dilakukan terhadap produk Pokphand. Alasannya, pakan pabrikan tersebut dituding menggelontorkan telur tunas ke pasar tradisional, sehingga membuat harga telur dari kalangan peternak hancur.

Hal inipun otomatis berdampak pada beberapa agen pakan pabrikan di Blitar. Seperti yang dikeluhkan Beky Hardihansyah (33), pria, salah satu agen dari Desa/Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar. Dia mengaku mengalami penurunan omset hingga 5 persen pasca adanya aksi boikot tersebut.

“Sebelumnya saya bisa menjual 6 ribu ton pakan dalam sebulan, tapi kini menjadi 5,5 ton,” keluhnya.

Disinggung terkait aksi peternak yang melakukan boikot, Beky berpendapat jika dampak dari penggelontoran telur tunas ke pasaran yang dilakukan oleh pabrikan tidak terlalu berpengaruh secara signifikan pada harga telur. Pasalnya, jumlah telur tunas yang dikeluarkan ke pasaran pasti sangat sedikit.

“Logikanya begini, telur tunas yang digelontorkan ke pasar becek itu sangat sedikit. Kalaupun banyak pasti pengusaha merugi. Bayangkan, untuk yang sudah jadi bibit ayam bisa terjual Rp 5 ribu per ekor, kalau telur tunas hanya sekitar Rp 700 per butir. Jadi gak mungkin kalau yang diperbanyak oleh pabrikan malah telur tunasnya, kan bisa rugi,” papar Beky, Jumat (31/03).

Lebih lanjut, Beky berharap agar para peternak bisa lebih dewasa menyikapi masalah ini. Jangan sampai lantaran hanya mengikuti ego, akhirnya kualitas maupun produksi dikorbankan.

“Jangan ada boikot seperti itu karena ujung-ujungnya berpengaruh juga pada produksi. Kalau begini kan agen seperti kami juga ikut terkena imbasnya,” tandasnya.

Sementara itu, Zainuri, peternak ayam dari Desa Wonodadi, mengaku tidak begitu terpengaruh dengan aksi boikot semacam itu. Hal itu lantaran dia sudah menggunakan pakan pabrikan seperti Pokphand, sejak 2003 silam.

“Kalau saya tidak terpengaruh sama sekali, soalnya sudah lama pakai Pokphand. Jika harus ganti takutnya produksi ayam malah menurun,” ujarnya.

Zainuri menambahkan, selama memakai pakan pabrikan tersebut, dalam sehari bisa menghasilkan telur hingga 250 kilogram untuk 5000 ayam.

“Meskipun harganya lebih mahal sedikit, tapi tak masalah lantaran tingkat produktifitas bisa mencapai 96 persen,” jelasnya.

Sekadar diketahui, dengan menggunakan 20 bus, sekitar 1500 peternak asal Blitar kemarin menyampaikan empat tuntutan di depan Istana Presiden di Jakarta.

Empat tuntutan tersebut, yakni hentikan integritor, hentikan peredaran telur tunas di pasaran, sediakan jagung dengan harga murah dan stok cukup serta adanya larangan impor tepung telur sehingga pengusaha  kue bisa membeli telur fresh dari para peternak. (Aji/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim