Perburuan Koin Jagat Marak, Sejumlah Taman dan Jalur Hijau di Kota Surabaya Rusak

TerasJatim.com, Surabaya – Tercatat ada 6 taman dan beberapa jalur hijau di Kota Pahlawan rusak, akibat fenomena perburuan Koin Jagat yang semakin marak.
Menyikapi hal itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali mengimbau agar para pemburu koin untuk menghentikan ulahnya dengan melakukan pencarian koin digital yang meresahkan masyarakat.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah tegas untuk menghentikan fenomena pencarian koin dari aplikasi Jagat itu. Di antaranya, melakukan laporan kepada pihak kepolisian atas pengerusakan fasilitas umum (fasum) yang dilakukan para pemburu.
Kemudian, Pemkot Surabaya juga telah melayangkan surat permohonan kepada Direktur Pengendalian Aplikasi Informasi Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) untuk melakukan pemblokiran aplikasi Koin Jagat.
“Di dalam surat itu kami mengatakan, sehubungan dengan perburuan harta karun digital pada Aplikasi Koin Jagat, serta adanya laporan terkait perusakan fasum yang membuat resah warga dan dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Bersama ini Pemkot Surabaya mengajukan permohonan pemblokiran aplikasi Jagat atau Fine Family Friend yang terdapat pada Google Play dan Apple Store,” ujarnya, Jumat (17/01/2025).
Langkah selanjutnya, ungkap Cak Eri, adalah menyiagakan sektor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk melakukan pengawasan. Penindakan para pemburu yang kedapatan dengan sengaja melakukan pengerusakan fasum akan dilakukan oleh Satpol PP, pengawasan taman dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
“Saya juga meminta Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) untuk memantau CCTV di setiap area taman, supaya siapa pembuang atau peletak koin bisa terlacak. Sehingga fenomena Koin Jagat tidak terulang kembali di Surabaya,” terangnya.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Dedik Irianto menjelaskan, beberapa taman yang mengalami kerusakan, antara lain Taman Bungkul, Taman Lumumba, Taman Prestasi, Taman Teratai, Taman Paliatif dan Taman Ekspresi. Rata-rata kerusakan yang dialami adalah tanaman terinjak-injak, dahan pohon patah hingga paving pedestrian yang terangkat.
“Para pencari koin seringnya menginjak-injak taman. Bahkan ada yang penasaran di bawah tanah sampek di congkel begitu, ada yang digali, buka paving dll, itu kami larang dan tidak setuju,” ungkap Dedik.
Tak hanya taman yang rusak, Dedik menyebut, beberapa jalur hijau dan properti hiasan kota juga mengalami kerusakan. “Di samping Kalimas kawasan Genteng Kali ada properti lampion berbentuk naga yang sampai robek. Mungkin saat mencari itu berebut atau bagaimana sampai menyebabkan kerusakan itu,” terang Dedik.
Akibat kerusakan yang dialami, pihaknya kini telah melakukan perbaikan dan pembersihan di lokasi kerusakan. “Karena terinjak-injak petugas kami terus melakukan perbaikan, seperti menganti dahan atau tanaman yang rusak hingga melakukan pembersihan akibat pencongkelan paving dan penggalian tanah,” imbuhnya.
Untuk mengantisipasi kejadian tersebut terulang kembali, pihaknya berkoordinasi dengan Satpol PP untuk memperketat pengawasan di kawasan taman aktif maupun taman pasif. “Kami imbau masyarakat yang datang ke taman untuk mencari koin agar tidak melakukan pengerusakan,” harapnya.
Terpisah, Kepala Satpol PP Kota Surabaya M Fikser mengatakan, sejumlah langkah pengawasan terus dilakukan, antara lain personel Satpol PP ikut menginstal aplikasi Koin Jagat untuk mengetahui lokasi akurat pencarian. “Ketika itu diaktifkan, kami bisa mendahului untuk melakukan penghalauan terhadap pencarian oleh warga,” kata Fikser.
Dalam hal antisipasi, Fikser juga meminta keterlibatan masyarakat untuk aktif melaporkan, apabila mengetahui kegiatan pemburuan koin yang berujung pada pengerusakan fasum. “Saya terima kasih kepada warga Surabaya, seperti ada kejadian di Taman Bungkul, kita di telpon. Mereka lapor ada yang cari koin, ketok-ketok dan segala macam. Kami dihubungi, kami datang dan langsung dibubarkan,” jelasnya.
Fikser berharap agar aplikasi Koin Jagat segera diblokir dan dievaluasi, karena menyebabkan banyak kerugian di sejumlah fasum dan bisa memicu potensi konflik antar pemburu koin. “Kami berharap segera diblokir lah atau dievaluasi, karena dari generasi milenial, Gen Z, Beta, bahkan orang tua ikut mencari. Semua rebutan mencari takutnya terjadi perkelahian ada potensi konflik,” pungkasnya. (Jnr/Kta/ed/TJ)