Penderita ‘Ayan’ Kumat, Penolong Wajib Tahu Ini!

Penderita ‘Ayan’ Kumat, Penolong Wajib Tahu Ini!

TerasJatim.com, Pacitan – Pernahkah Anda menjumpai penderita ayan atau epilepsi yang sedang kambuh? Jika pernah, perlu diketahui ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan bagi penolong.

Ketika penderita epilepsi sedang kambuh, penolong, baik itu keluarga maupun orang lain, tidak disarankan berlaku kasar, panik, hingga tidak boleh memasukkan benda apa pun ke dalam rongga bibir.

“Penderita epilepsi tidak boleh ditampar, dicubit, bahkan dibentak,” ujar dr. Daru Mustikoaji, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan, Selasa (13/05/2025).

Tindakan tersebut, kata Daru, tidak akan menghentikan kejang, tetapi justru malah bisa melukai pasien, dan bahkan dapat membahayakan orang yang menolong.

“Penjelasan medis dari sudut pandang seorang dokter spesialis saraf dan konsultan epilepsi; langkah pertolongan pertama tetap tenang, dan pastikan orang di sekitar juga tidak panik,” katanya.

Selanjutnya, penderita diletakkan di tempat yang aman, datar, dan bila memungkinkan miringkan tubuh ke salah satu sisi untuk mencegah tersedak. Kemudian melonggarkan pakaian di leher, seperti kerah baju atau dasi. “Catat durasi kejang. Bila berlangsung lebih dari 5 menit, segera bawa ke IGD,” saran Daru.

Penolong, tidak dianjurkan menahan tubuh, menekan paksa tangan atau kaki, dan jangan memasukkan benda apa pun ke mulut penderita. Termasuk sendok, karena bisa menyebabkan cedera. “Setelah kejang selesai, biarkan penderita istirahat, karena biasanya akan mengantuk atau bingung,” jelasnya.

Hanya saja, lanjutnya, kasus tersebut akan sangat berbahaya, ketika penderita itu kambuh saat sedang aktivitas di sawah yang tergenang air, karena risiko tersedak air bahkan tenggelam jika wajah terendam.

“Sulit melakukan pertolongan cepat karena lokasi tidak ideal. Bisa terkena arus listrik dari alat pertanian jika sedang digunakan. Yang pasti, ketika mendapati persoalan tersebut, segera evakuasi ke tempat aman dan kering, jika memungkinkan lakukan pertolongan seperti poin pertama,” urainya.

Pada kasus ini, Daru mengatakan ada beberapa hal pemicu epilepsi kambuh berulang, di antaranya kurang tidur, stres emosional, lupa atau berhenti minum obat, cahaya berkedip-kedip (pada epilepsi fotosensitif), demam tinggi (pada anak-anak), kelelahan fisik berlebih, menstruasi atau perubahan hormonal, alkohol dan obat-obatan tertentu, serta gula darah terlalu rendah (hipoglikemia).

“Untuk pencegahan, minum obat secara teratur sesuai resep dokter, dan jangan putus tanpa izin. Tidur cukup dan teratur, kelola stres. Hindari pemicu pribadi, misalnya cahaya menyilaukan, suara keras, atau aktivitas berat. Dan rutin kontrol ke dokter saraf, untuk evaluasi obat serta EEG bila perlu,” katanya.

“Pada beberapa kasus yang tidak terkontrol dengan obat, operasi epilepsi atau alat neurostimulasi bisa menjadi pilihan,” sambung dia.

Menurutnya, penderita epilepsi tidak ada pantangan makanan maupun minuman, tetapi ada beberapa hal yang benar-benar perlu diperhatikan. “tidak ada pantangan absolut. Daging ayam, telur, protein hewani lainnya aman, selama dimasak dengan baik dan tidak menyebabkan alergi,” terang Daru.

“Kafein (kopi, teh, soda) boleh dalam batas wajar, tapi bisa memicu kejang jika dikonsumsi berlebihan atau mengganggu tidur. Alkohol sebaiknya dihindari sepenuhnya, karena dapat mengganggu efektivitas obat epilepsi dan menurunkan ambang kejang,” lanjutnya.

Disoal apakah epilepsi bisa diturunkan kepada anak. Berkaca dari penjelasan medis, Daru menjelaskan bahwa epilepsi bisa memiliki komponen genetik, tapi tidak semua epilepsi diturunkan. Kata dia, risiko anak terkena epilepsi sedikit meningkat, jika salah satu orang tuanya mengidap epilepsi.

“Bila hanya salah satu orang tua epilepsi, risiko anak terkena epilepsi sekitar 5-10% (dibanding 1-2% pada populasi umum). Bila keduanya epilepsi, risiko bisa lebih tinggi,” tukasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim