Pembuat Wayang Malangan, Yang Kini Bertahan Hidup Dengan Cucian Motor

Pembuat Wayang Malangan, Yang Kini Bertahan Hidup Dengan Cucian Motor
Mulyono Hadiwijoyo (35), saat sedang mengukir wayang di rumahnya

TerasJatim.com, Malang – Ketrampilan yang mumpuni tak menjamin seseorang bisa meraih sukses. Terlebih tidak ada orang sekitar yang peduli.

Mulyono Hadiwijoyo (35), pemuda dengan berbagai talenta ini akhirnya bisa terus bekerja walau hanya sebagai tukang cuci motor di jalan Telogo Joyo, Dinoyo Malang Jawa Timur.

Masyarakat dimana dirinya tinggal, tidak banyak yang tahu bakat pemuda ini. Dengan keseharian sebagai tukang cuci motor, membuat masyarakt kian remeh memandangnya.

Akan tetapi bila masuk ke dunia kesenian Malang, terutama masalah pewayangan, nama Mulyono adalah termasuk orang yang banyak dikenal oleh seniman wayang di Kota Malang.

Pemuda gondrong ini adalah salah satu pengukir dan pembuat wayang Malangan. Banyak seniman yang cocok dan mempercayakan pesanan wayang pada pemuda ini.

Saat TerasJatim.com bertandang ke stan jasa cuci motor tempatnya bekerja, Mulyono mengaku bahwa dirinya adalah murid dalang Malangan yang kondang di era 1980an, Alm Ponijan dari Pakisaji.

Mulyono pun mengisahkan, bahwa dirinya mulai belajar mengukir dan membuat wayang ke Alm Ponijan sejak berumur 15 tahun.

Kegemarannya melukis dan menggambar, mengantarkan pemuda ini mengenal banyak dalang dan seniman wayang. “Saya dulu belajar pertama membuat wayang pada Pak Ponijan, setelah beberapa tahun saya juga belajar ke Pak Urian yang juga dalang sekaligus pembuat wayang,” ceritanya.

Mulyono banyak berguru pada dalang-dalang di Kota Malang, seperti Ponijan, Urian, Gimun, dan Umbar, yang kesemuanya adalah dalang wayang Malangan.

Meskipun berguru pada banyak dalang, namun Mulyono tidak bisa mendalang. “Saya belajar mengukir dan membuat wayang, namun kalau mendalang saya tidak bisa,” akunya.

Sudah banyak karyanya yang lahir dari ketokan palu dan alat ukir miliknya. Terlebih saat era kejayaan wayang Malangan di tahun 2000-an. “Dahulu saya dari pagi hingga malam bisa terus menatah dan membentuk wayang tiada henti. Sudah ratusan wayang yang saya hasilkan,” kenangnya.

Mulyono melanjukan, keadaan berubah ketika menginjak tahun 2008, saat gonjang-ganjing politik  dan perekonomian kala itu yang berdampak pada merosotnya pewayangan di Kota Malang.

Dari biasanya dalam sebulan, Mulyono bisa menghasilkan banyak wayang, di tahun itu sangat sedikit wayang yang di buatnya.

Karena keadaan inilah, membuat dirinya berpindah-pindah bekerja pada dalang di Malang yang masih punya kerjaan membuat wayang. Meskipun pesanan wayang berkurang, namun hal ini adalah kesempatan Mulyono untuk banyak menimba ilmu ukir dan sungging pewayangan pada beberapa Dalang di Malang. “Karena sepi saya akhirnya ikut sana-sini. Dari dalang Pak Ponijan, Pak Gimun, Pak Urian sampai Pak Matropi yang ada di bilangan Madyopuro,” lanjut pria bertatto ini.

Beberapa tahun berjalan, dirinya yang memang mempunyai bakat alam melukis dan ukir akhirnya bekerja serabutan guna untuk mendapatkan rupiah.

Selain mengukir wayang pesanan yang terkadang ada, dirinya juga membuka jasa tatto. “Dulu saya juga pernah natto mas, tiap hari banyak yang datang untuk di tatto. Tapi tidak bertahan lama hanya berapa tahun saja usaha tatto,” tuturnya

Karena keadaan inilah, Mulyono memutuskan merantau ke Jogjakarta. Di kota gudeg ini dirinya diterima di Sanggar Suwung kepunyaan anak angkat Hamengkubuwono X di bilangan Sagan.

“Saya di Jogja kerja melukis dan membuat bingkai, sampai tiga tahun dan akhirnya kembali ke Malang,” kenanganya.

Kini, Mulyono masih menerima pembuatan wayang di rumahnya  di Jalan Telogojoyo 2 No.60 RT.04 Rw.01 Dinoyo. Wayang yang ia kerjakan di kala senggang dari kesibukanya mencuci motor.

Dari awalnya dulu dirinya bisa membuat wayang dalam 3 hari, sekarang bisa sampai berbulan-bulan tergantung niat dan kesempatan. “Saya masih terima pembuatan wayang tapi hanya beberapa orang saja dan itu tidak bisa ditarget waktu, saya biasanya menerima upah 150 sampai 300 ribu tergantung besar kecilnya wayang,” lanjutnya.

Saat disinggung keterlibatan pemerintah, bahkan Abah Anton Walikota Malang yang kebetulan adalah tetangga depan tempat Mulyono membuka jasa cuci motor, dirinya mengaku tidak ada bantuan apapun untuk ketrampilan yang dirinya punyai.

Gak ada bantuan apapun mas, meskipun Abah Anton tetangga kalau kita tidak kesana gak akan di bantu. Dan saya gak mau seperti itu, saya ingin mandiri meskipun tetap begini saja,” cetusnya menutup obrolan. (Nas/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim