Pantai Pesisir Selatan Jatim Diintai Potensi Tsunami, Pacitan Jadi Salah Satu Perhatian

Pantai Pesisir Selatan Jatim Diintai Potensi Tsunami, Pacitan Jadi Salah Satu Perhatian

TerasJatim.com, Pacitan – Pantai di pesisir Selatan Jatim, mulai Pacitan hingga Banyuwangi, diakui memang memiliki daya tarik dengan keindahannya yang mampu mencuri kagum. Namun dari keindahan itu, dibuntuti sejumlah potensi bencana, salah satunya tsunami.

“Memang tidak bisa dipungkiri pantai di pesisir Selatan Jatim indah-indah, tetapi dengan keindahan tersebut, potensi bencananya juga mengikuti,” kata Gatot Soebroto, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, dalam paparannya, saat sosialisasi Indonesia Disaster Resilience Intiatives Project (IDRIP), di Balai Desa Sidomulyo, Ngadirojo, Pacitan, Minggu (18/12/2022).

Gatot menerangkan, di Jatim sendiri terdapat 14 ancaman bencana, mulai banjir, tanah longsor, gempa bumi hingga tsunami, dan merata di seluruh Jatim. Namun, kata dia, yang menjadi fokus perhatian utama yakni tsunami.

“Diketahui, dari 8 kabupaten/kota di Jatim, ada 156 desa yang punya potensi terkena tsunami. Dari itu semua, provinsi Jatim memiliki ancaman tinggi desa sebanyak 2.742 desa dengan kategori tinggi ancaman bencana. Merata di seluruh Jatim,” terangnya.

Menanggapi banyaknya potensi bencana tersebut, BPBD Jatim bersama BPBD kabupaten/kota terkait, sudah melakukan sejumlah kegiatan, mulai sosialisasi kepada masyarakat hingga membuat desa tangguh bencana (Destana). Namun hal itu dirasa kurang dan masih menjadi PR (pekerjaan rumah) ke depannya.

“Apa yang kami lakukan tersebut masih sangat kurang. 2019 lalu ada ekspedisi tsunami, di situ masih bisa dilihat papan imbauan masih kurang, jalur evakuasi sampai tempat mengungsi masih kurang, belum lagi pantai-pantai yang banyak pengunjung tetapi belum ada petugas atau batas-batas pantai yang ada di wilayah tersebut,” jelas dia.

“Itu yang banyak terjadi di wilayah pesisir Selatan Jatim. Ini juga menjadi PR kami BPBD, yang harus bersinergi dengan stakeholder terkait. Saya berharap ada suport bantuan terhadap sarana prasarana tersebut,” sambungnya.

Menurutnya, PR kebencanaan di Jatim bukan hanya itu saja, tetapi masih sangat besar. Terlebih, ditambah adanya potensi baru yakni likuifaksi, yang kemungkinan tidak terdapat di provinsi lain selain di Jawa Timur.

Dikutip dari laman fisika.fmipa.unesa.ac.id, bencana likuifaksi merupakan fenomena dimana pasir maupun lanau jenuh kehilangan kekuatannya akibat goncangan secara intens, salah satunya yakni gempa bumi.

“Potensi baru mungkin di provinsi lain tidak ada. Tapi di Jatim ada potensi likuifaksi, tempatnya ada di Banyuwangi, Jember, dan Lumajang. Ini pun jadi PR kami bersama di provinsi maupun pusat,” kata Gatot, menambahkan.

Pacitan Jadi Salah Satu Fokus Perhatian dari 8 Daerah Pesisir Selatan

Kabupaten Pacitan, menjadi salah satu dari 8 wilayah pesisir Selatan Jatim yang menjadi fokus perhatian pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), selain Kabupaten Trenggalek, Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Banyuwangi, Jember, dan Lumajang, yang juga berada di pesisir Selatan.

Diketahui, pesisir pantai di Pacitan, hampir seluruhnya menjadi objek wisata, mulai dari Kecamatan Donorojo hingga Kecamatan Sudimoro yang berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek. Namun, pada kawasan itu masih membutuhkan sejumlah sarana prasarana penunjang, seperti Shelter, TEA, Tsunami Early Warning Sistem, dan rambu evakuasi tsunami.

“Kita tahu ya, di Pacitan ini pantainya juga jadi tempat-tempat pariwisata. Tadi sudah kami sampaikan ke Pak Sekda dan BPBD, bahwa dalam waktu dekat ini bagaimana harus menyiapkan informasi-informasi yang harus dimiliki oleh siapapun mereka yang datang ke Pacitan,” kata Lilik Kurniawan, Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada konferensi pers di Pantai Soge Pacitan, Minggu siang.

Sederet informasi tersebut, kata dia, terutama diperuntukkan bagi pengunjung yang berwisata pada libur Nataru, di kawasan pantai yang rawan potensi akan tsunami, terutama di pesisir Selatan Jatim, mulai Pacitan hingga Banyuwangi. “Paling tidak mereka tahu apa yang harus dilakukan, apabila BMKG memberikan informasi akan ada potensi tsunami,” katanya.

“Kalau untuk masyarakat lokal, kita menggunakan mekanisme desa tangguh bencana. Tapi mereka yang datang dari berbagai tempat di Indonesia, berwisata di Pacitan, tentu informasi-informasi itu yang harus disiapkan oleh daerah nanti,” imbuh Lilik.

Jika dilihat dari peta potensi tsunami Pacitan, terdapat 47 desa di 7 kecamatan yang berpotensi terpapar, dengan jumlah penduduk 120.155 jiwa, dari jumlah total atau keseluruhan penduduk Pacitan yang hampir 600 ribu jiwa.

Sementara, dilihat dari kejadian gempa bumi sejak Januari-Desember 2022, tercatat pada Bulan Juni, Oktober dan November paling banyak, yakni 63 kejadian pada Juni, 73 kejadian di Oktober dan 83 kejadian di November, sedangkan hingga pertengahan Desember ini sudah 30 kejadian.

Aktivasi Kegempaan di 2022 Meningkat, Segmen Megathrust Ada di Selatan Jatim

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai aktivitas kegempaan di Indonesia pada tahun 2022 mengalami peningkatan. Meski tidak disebutkan secara rinci, namun pengamatan tersebut sudah dilakukan sejak 2013 lalu, dan setiap kejadian terus dipantau aktivitasnya.

“Terutama saat terjadi gempa Lombok 2018, saat itu kita melihat aktivitas gempanya melebihi biasanya, 10 ribu kejadian gempa,” kata Suci Dewi Anugrah, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gempa Bumi BMKG, Minggu siang.

“Kemudian, jumlah kejadian gempa bumi di 2022 semakin meningkat, dengan adanya baru-baru ini gempa bumi di Cianjur, yang masih terus menerus kami memantau adanya gempa bumi susulan,” sambung dia.

Hal ini, terang Suci, Indonesia merupakan negara yang berada di Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik, yakni daerah pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menjadikan wilayah yang terlewati jalur ring of fire sering mengalami gempa bumi hingga letusan gunung berapi.

“Negara kita ini berada di ring of fire, memiliki 6 zona subdiksi dengan 13 megathrust. 13 megathrust inilah yang kemudian menjadi sumber kekuatan besar yang berpotensi menimbulkan magnitudo besar,” katanya.

Pihaknya menyebut, kekuatan besar tersebut salah satunya adalah segmen megathrust yang berada di Selatan Jawa Timur, yang diperkirakan kekuatannya mencapai hampir M9 skala richter (SR).

“Salah satunya ada di Selatan Jatimu, yang menurut pusat studi gempa bumi nasional diperkirakan kekuatannya bisa mencapai magnitudo 8,7 yang setelah kami simulasikan mungkin dapat berpotensi membangkitkan tsunami,” katanya.

Dilansir dari Kompas, dengan artikel yang berjudul Apa yang Dimaksud Gempa Megathrust yang Menghantui Wilayah Selatan Jawa? Tayang pada 18 Januari 2022, menuliskan, Tim Pusat Studi Gempa Nasional dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (2017), menjelaskan bahwa pada bagian selatan Jawa tepatnya di Samudra Hindia terdapat 3 segmentasi zona megathrust. Segmen tersebut antara lain Segmen Jawa Timur, Segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan Segmen Banten-Selat Sunda.

Pada artikel tersebut juga menulis, zona megathrust sendiri sebenarnya hanya istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng (zona subduksi) di kedalaman dangkal.

Zona subduksi yang jadi pertemuan lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua diasumsikan sebagai “patahan naik yang besar”, dan kini populer disebut sebagai zona megathrust.

Seluruh aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust dan tidak selalu berkekuatan besar. Data hasil monitoring BMKG menunjukkan, justru gempa dengan magnitudo kecil lebih banyak terjadi di zona megathrust, meskipun zona megathrust juga memiliki potensi untuk memicu terjadinya gempa besar. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim