Pantai Parang Sewu Bakung, Surga Tersembunyi di Perbukitan Blitar Selatan

Pantai Parang Sewu Bakung, Surga Tersembunyi di Perbukitan Blitar Selatan

TerasJatim.com, Blitar – Kabupaten Blitar Jawa Timur, seolah tiada habisnya menyimpan potensi tersembunyi. Dari keindahan alamnya hingga seni dan budaya yang hingga kini masih banyak yang terpendam.

Bentang alam Kabupaten Blitar yang unik, dimana pameo lokal ‘ngisor ndhuwur kiwo tengen gunung’ alias kontur alam Kabupaten Blitar yang seolah selalu dekat dengan perbukitan dan gunung. Mulai dari Gunung Kelud dan Gunung Kawi yang menjadi ‘atap’ Blitar di kawasan utara meliputi Kecamatan Nglegok dan Garum, hingga timur laut meliputi Kecamatan Gandusari dan Doko yang berbatasan langsung dengan area lereng Gunung Kawi.

Selain itu, di wilayah barat ada sebuah bukit yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Pegat yang berada di antara Kecamatan Ponggok dan Srengat. Tidak lupa di kawasan Blitar Selatan yang lama tersohor dengan kontur tanah perbukitan yang dikenal tandus dan gersang di musim kemarau.

Namun di wilayah Blitar Selatan yang meliputi Kecamatan Kademangan, Wonotirto, Panggungrejo, Bakung dan Wates, perbukitan yang tandus dan gersang tersebut, kini tidak lagi menjadi simbol ‘keterpurukan’ masa lampau yang pernah melanda kawasan ini, terutama akibat krisis air di musim kemarau.

Pesatnya kemajuan pembangunan yang dimiliki oleh Kabupaten Blitar, kini membuat wilayah Blitar Selatan mulai banyak dilirik sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan,  terutama dari potensi wisata pantai yang dimiliki setiap kecamatan yang berada di pesisir laut.

Salah satunya adalah potensi wisata yang dimiliki oleh Pantai Parang Sewu yang terletak di Desa Plandirejo Kecamatan Bakung.

Pantai yang terletak sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Blitar ini, ternyata menyimpan sekeping pecahan surga yang memang benar-benar masih tersembunyi. Hal ini lantaran akses jalan menuju lokasi yang cukup sulit dan tertutup hutan.

Untuk mencapai lokasi Pantai Parang Sewu, dari Balai Desa Plandirejo dibutuhkan kombinasi antara kondisi kendaraan yang prima plus stamina penjelajah dan nyali yang cukup besar untuk menaklukkan kondisi jalan yang sebagian berbatu kapur, tanah lumpur serta kontur perbukitan yang curam sejauh sekitar 3 kilometer ke arah bukit terakhir yang menuju pantai.

Belum ditambah berjalan kaki sekitar 300 meter ke lokasi pantai dengan harus membabat alas dalam artian harus membabati ranting dan pohon kecil yang merintangi jalan.

Selain itu, harus ekstra hati-hati dalam melangkah jika tidak ingin terpeleset di pinggiran bukit yang langsung mengarah ke bibir pantai dengan batuan padas yang menanti di tengah area perbukitan seluas kurang lebih 300 hektare itu.

Namun begitu masuk menuju bibir pantai berakhir, rasa lelah dan dahaga akan terpuaskan dengan hamparan pasir putih membentang dan birunya laut yang hampir setingkat dengan cakrawala. Pantai yang masih perawan yang ketika air pasang seluruh batuan di bibir pantai akan ‘tenggelam’ oleh lautan pasir putih yang mengepungnya.

Sejenak rasa lelah akan hilang ketika menatap indahnya cakrawala yang seolah menyatu dengan samudera, ditambah dengan deburan ombak setinggi 1 meter yang cukup menantang siapapun yang ingin menakhlukkannya.

Sungguh indahnya surga ciptaan-Nya yang tertinggal di sebuah pantai bernama Parang Sewu yang sebelumnya dinamakan Wedhen Putih ini. Parang sewu,  berarti Seribu Karang. (Ev/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim