‘Omah Wayang’ Mojokerto

‘Omah Wayang’ Mojokerto
Salah satu sudut yang memajang koleksi dari Omah Wayang di Mojokerto Jawa Timur

TerasJatim.com, Mojokerto – Kota Mojokerto merupakan kota kecil yang erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Majapahit. Di kota onde-onde ini, terdapat  Museum Trowulan yang merupakan tempat bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih dekat tentang budaya Majapahit. Trowulan, merupakan museum yang menyimpan banyak peninggalan sejarah kebesaran Majapahit di masa lampau.

Namun belum banyak yang tahu, ternyata di Mojokerto juga ada sebuah sanggar milik perorangan dengan ribuan koleksi dari wayang kulit, wayang golek hingga topeng.

Bertempat di Jalan Raden Ajeng Kartini no 23 Mojokerto, sanggar “omah wayang” Yansen Projek ini berdiri megah. Meskipun menggunakan istilah sanggar, akan tetapi bangunan ini layaknya museum dengan berbagai koleksi barang kesenian.

Saat pertama kali TerasJatim.com masuk dan melihat-lihat museum ini, aroma dupa langsung menyambut kehadiran siapa saja yang datang. Bangunan dengan 3 lantai ini, menyimpan ribuan koleksi dari berbagai daerah di Indonesia.

Koh Yansen, owner Omah Wayang saat ditemui mengatakan, bila awalnya museum ini hanya sebagai museum pribadi yang diperuntukan bagi saudara dan orang-orang dekat saja. Namun, sejak Agustus 2015, sanggar ini dibuka untuk umum.

Yansen yang di bantu oleh beberapa kerabat dalam mengelola sanggar ini, mempunyai tujuan sebagai sarana edukasi generasi muda, tentang kesenian dan kekayaan kebudayaan Indonesia dari melihat koleksi yang ada di omah wayang.

Dilihat dari namanya, sanggar ini memang menyimpan berbagai wayang dari wayang kulit, wayang golek, hingga wayang bambu.

Namun bukan hanya itu, di sanggar ini juga terdapat koleksi bermacam barang seni lain dari berbagai daerah. “Ada bermacam mainan jaman dahulu, ada buku, koin, boneka, koleksi keris, gamelan dan banyak lagi,” lanjut Yansen.

Selain itu, di sanggar ini juga menghadirkan tokok-tokoh dalam bentuk wayang golek, dari Presiden hingga tokoh musisi terkenal, seperti grup band Slank dan Iwan Fals.

Untuk lebih mengembangkan sanggar, Koh Yansen mempunyai obsesi ingin menampilkan awal hingga akhir sejarah dari wayang. “Dari awal wayang dibuat hingga akhirnya wayang nanti menjadi seperti apa, dan hasil yang tumbuh dari wayang itu seperti apa. Nah itu nanti saya tampilkan di sini,” lanjut bapak dua anak ini.

Selain wayang, gamelan serta item kesenian jawa, Omah Wayang adalah satu-satunya museum yang menyimpan “sejarah” dongeng boneka Si Unyil.

Di sini Yansen berhasil menghadirkan ratusan sketsa dan boneka asli milik Drs Suryadi atau yang lebih dikenal Pak Raden, yang juga kreator dari Si Unyil. “Sebelum Pak Raden meninggal, kami berhasil mendapatkan hak untuk menyimpan dan memamerkan karya Pak Raden. Dan Pak Raden sendiri yang datang ke Mojokerto sini,” ujar salah satu kerabat Yansen.

Meniti lebih ke ruangan demi ruangan sanggar omah wayang, terlihat tembok penuh dengan koleksi yang tertempel dan tertata rapi di etalase kaca.

Namun, kalau diamati secara luas, ada kekurangan yang terlihat. Penataan koleksi jauh dari kesan sebuah museum. Hal ini bisa dimaklumi, karena tempat ini bernama sanggar.

Kejanggalan penataan itu bisa dilihat pengunjung saat pertama masuk. Pengunjung langsung disambut etalase boneka Unyil yang di depannya terdapat wayang Potehi.

Bergeser ke belakang, sisi kanannya ada gamelan dan ratusan wayang golek yang tertata rapi. Pengunjung juga disuguhi topeng yang berjajar campur dengan koleksi foto-foto yang bukan satu cerita dengan topeng di atas tembok.

Sebagian pengunjung mungkin akan bertanya, apa hubungannya unyil dan potehi. Begitupun dengan wayang kulit yang berdampingan dengan bermacam item kuda lumping.

Di sini, pengunjung langsung mengalami kejenuhan sebelum melanjutkan ke lantai 3, yang di sana tersimpan kitab yang berumur ratusan tahun.

Meskipun mempunyai penataan koleksi yang dianggap masih kurang, sanggar wayang ini tetap ramai dikunjungi orang. “Setiap hari tak kurang lebih 500 pengunjung yang datang, dan kalau sudah mencapai 500 pengunjung langsung saya stop,” ujar Yansen.

Koh Yansen mengakui, jika sanggarnya masih perlu sedikit pembenahan dalam penataan demi alur cerita yang dihadirkan di museum ini. Sehingga harapannya dari “omah wayang Yansen Projek” ini, bisa menjadi rujukan dan bahan edukasi yang lebih mumpuni bagi pengunjungnya. (Nas/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim