Momentum Satu Miliar Untuk Calon Ketua Umum Partai

Momentum Satu Miliar Untuk Calon Ketua Umum Partai

TerasJatim.com – Kewajiban membayar iuran sebesar satu miliar rupiah untuk menjadi calon ketua umum Partai Golkar, ditamggapi beragam oleh publik di negeri ini.

Bagi yang kurang sependapat, mereka menilai sumbangan tersebut mencerminkan bahwa Partai Golkar hanya memfasilitasi orang-orang berduit saja. Sebab, di mata publik, uang 1 M itu adalah sesuatu yang sangat besar. Golkar seolah tidak melakukan reformasi untuk kemajuan partai ke depan, dan dalam munaslub kali ini masih bersifat faksionalisasi antar kelompok.

Mereka khawatir, iuran satu miliar rupiah tersebut hanya bersifat simbolik yang pada gilirannya nanti akan ada iuran-iuran lebih besar yang harus dikeluarkan. Selain itu, tradisi ini dikhawatirkan akan merembet ke tingkat bawah hingga pemilihan calon ketua Golkar tingkat desa/kelurahan.

Namun, tampaknya panitia Munaslub Golkar masih kukuh terhadap apa yang sudah diputuskan. Jika pada awalnya merupakan sumbangan wajib, kini kata-kata itu diperhalus dengan dana iuran sukarela bagi anggota Golkar. Dan hal itu dibolehkan oleh undang-undang parpol. Kendati sebelumnya KPK telah memberikan warning bahwa setoran Rp 1 miliar yang harus disumbangkan oleh calon ketum Golkar di Munaslub berpotensi sebagai gratifikasi.

Makanya tak heran jika dari delapan nama kandidat calon ketua umum Golkar, tercatat ada dua nama yang menolak mentah-mentah persyaratan tersebut. Mereka adalah, Syahrul Yasin Limpo, Gubernur aktif Sulawesi Selatan dan kader senior Partai golkar  Indra Bambang Utoyo.

Sementara enam lainnya menyetorkan dana, masing-masing satu miliar. Mereka adalah, Ade Komarudin, Airlangga Hartarto, Aziz Syamyudin, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, dan Setya Novanto.

Ketika banyak pihak yang menganggap bahwa hal itu merupakan politik uang, panitia justru mengatakan sebaliknya. Menurut panitia, hal tersebut dilakukan justru untuk menghindari politik uang dalam pemilihan ketua umum. Uang sebesar itu konon akan digunakan untuk menutup biaya munaslub yang ditaksir menghabiskan anggaran sebesar Rp 43 milyar.

Bisa jadi, cara yang dilakukan panitia munaslub Golkar ini merupakan langkah yang berani. Sebab di manapun di dunia ini, tidak ada calon ketua partai yang harus membayar uang banyak untuk menjadi ketua partai.

Namun bukan hal yang aneh jika di setiap perhelatan pergantian ketua umum sebuah partai, di situ akan banyak gosip atau kabar yang memang sesungguhnya terjadi tentang banyaknya dana saweran yang berseliweran dari calon ketua umum. Entah itu untuk alasan sosialisasi, uang saku, uang tiket atau mungkin sebagai uang pijat sekalipun.

Terlepas dari besaran 1 M, secara pribadi saya mengapresiasi langkah Golkar yang berani terbuka termasuk mengumumkan harta kekayaan masing-masing calon. Malahan kalau memang ini benar dalam pelaksanaannya nanti, panitia munaslub jauh-jauh hari sudah woro-woro jika panitia tidak akan menanggung biaya apapun bagi peserta munas mendatang.

Padahal, selama ini bukan rahasia umum jika peserta munas atau kongres di sebuah partai, tentu peserta yang sudah datang dan capek-capek dari jauh, paling tidak ‘arep-arep‘ ada pengganti uang bensin dan minimal uang lelah.

Jika pada pelaksanaan Munaslub Golkar nanti seperti yang dijanjikan oleh panitia, kita tentu berharap model seperti ini setidaknya dapat menjadi momentum awal bagi kita semua. Bahwa untuk menjadi seorang pejabat di pucuk tertinggi sebuah partai, diharapkan sosok yang memang pas dan mempunyai kapasitas serta kredibilitas yang mumpuni. Bukan karena faktor duit, keluarga dan keturunan, apalagi faktor lain yang menjadikan sebuah partai tak laku di mata publik.

Logikanya, momentum pergantian calon ketua umum dalam sebuah partai, seharusnya dijadikan untuk melakukan pembenahan secara besar-besaran dalam partai tersebut. Dan pada akhirnya, partai itu menjadikan dirinya  sebagai partai yang utuh, modern dan menjadi partai yang benar-benar partai yang selama ini diharapkan kehadirannya oleh masyarakat.

Jika hal tersebut terjadi, paling tidak saya akan jatuh cinta pada sebuah partai politik.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim