Meretas Asal Usul Pasar Kota Bojonegoro Versi Koran Belanda

Meretas Asal Usul Pasar Kota Bojonegoro Versi Koran Belanda

TerasJatim.com, Bojonegoro – Pasar tradisional yang berada di kawasan Kota Bojonegoro yang biasa disebut sebagai Pasar Kota, boleh jadi merupakan pusat perekonomian yang sangat tua yang bersejarah. Pasalnya, beberapa pemberitaan koran Belanda menyebutkan hal tersebut.

Berdasar alih bahasa dari arsip koran berbahasa Belanda De vrije pers: Ochtendbulletin terbitan Tanggal 11-05-1949, misalnya menyebutkan, bahwa Bojonegoro memiliki pasar yang sangat tua yang berdiri pada tahun 1827.

Secara lugas koran Belanda ini mengulas bagaimana seluk beluk aktivitas pasar di era pendudukan Belanda. Berdasar translit bahasa dituliskan; “Bodjonegoro” memiliki pasar yang sangat tua, yang berasal dari tahun 1827. Di hari terakhir; sebelum pendudukan pasar itu akan dibakar, tapi untungnya mereka punya kemurahan hati sehingga pasar terhindar (dari pembakaran).

Tulis koran itu, Beberapa hari setelah pendudukan, kehidupan pasar kembali tidak normal. Betapa sibuknya sekarang, terlihat dari perolehan tiket Selama sebulan terakhir; rata-rata menghasilkan NLG (Netherland Gulden) 1.125,48. Rata-rata hasilnya sekarang NLG 55.00. per hari.

Koran Belanda itu juga menulis soal transaksi antara penjual dan pembeli di pasar tersebut dalam pemberitaannya bahwa panen padi di wilayah ‘Bodjonegoro’ sudah dimulai.

“Setiap hari orang melihat di pasar gunungan beras dijual, sehingga pada akhirnya pasokan lebih banyak daripada permintaan, yang menekan harga turun,” tulis koran Ochtenbulletin..

Dalam koran itu dinyatakan, pemerintah telah menyimpan sekitar 300 ton beras untuk mencegah kemungkinan kenaikan harga. Para pedagang sangat sibuk pasok tekstil dari Soerabaja yang dibawa oleh orang-orang dari Lamongan, bersepeda, ke Bodjonegoro ‘Impor’. lusinan mereka datang dan pergi.

Para tani, lanjut Ochtenbulletin, sekarang umumnya berpakaian bagus. Di masa lalu mereka biasa ‘berenang’ dengan uang mereka, tetapi tidak punya apa-apa untuk berpakaian dengan pantas.

Sekarang mereka tinggal memilih bagaimana mereka ingin berpakaian, tetapi: mereka juga harus membayar cukup mahal untuk itu, karena terkait dengan harga pasar beras tersebut di atas, harga tekstil sudah cukup tinggi.

Dituliskan harga sepotong sarung, misalnya, para petani harus kehilangan sekitar 25 kg beras. Sebab untuk mendapatkan sarung di Bodjonegoro sangat jarang.

Pemberitaan koran Belanda ini juga mengulas tentang berbagai komoditas buah-buahan yang tersedia di pasar kota.

Dikatakan, yang bisa didapat banyak adalah pisang. Namun begitu, ketika koneksi kereta kembali normal, diharapkan buah-buahan yang hilang dan sayuran akan tersedia lagi.

Koran ini mencatat, Belakangan ini (Tahun 1949) sering timbul sengketa pembayaran ketika pembeli “ingin membayar dengan uang ORI (Oeang Republik Indonesia) karena masa-masa awal kemerdekaan sehingga lebih banyak yang memilih cara barter dalam bertransaksi di pasar yang diyakini Pasar Kota yang berdekatan dengan aloon-aloon tersebut.

Dari sumber koran lainnya juga menuliskaan RENCANA TATA KOTA BOJONEGORO (Description 17th August 1945 Based on Java and Madura Sheet 52/XL) berikut adalah poin-poin penting dimaksud, antara lain:

1. Kantor Bupati
2. Kantor Asisten Residen (atau Patih yang jabatan ditunjuk langsung oleh Gubernur Jenderal yang bertugas mengawasi Bupati)
3. Kantor Wedana
4. Kantor Asisten Wedana yang ditunjuk langsung sama halnya dengan Asisten Resisden
5. Gudang Tembakau B.A.T
6. Stasiun Kereta Api
7. Tangsi, Markas Polisi
8. Pasar
9. Tempat Hiburan
10. Kantor Pos
11. Sekolah Negeri
12. Pengadilan Negeri
13. Hotel/Penginapan
14. Kantor Kehutanan/Perhutani
15. Gedung Bioskop
16. TPK
17. Penggilingan Gabah
18. Lapangan Tenis
19. Pertokoan Cina
20. Perempatan Cina
21. Perempatan Eropa
22. Perempatan Indonesia
23. Kantor Pemerintahan (kekuasaan Gouvernementen ikut Oost Java/Jawa Timur)
24. Jembatan Baja (Kali Ketek)

Lagi-lagi dalam peta perencanaan tata kota era kolonial atau awal kemerdekaan tersebut, dinyatakan bahwa pasar masuk dalam satu paket penyokong kota yang berada tak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten. Maka boleh jadi pasar itu merupakan Pasar Kota yang belakangan ini sedang ‘disengketakan’ oleh pedagang pasar dan Pemkab Bojonegoro. (Nang/Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim