Menunggu Reformasi Sepak Bola Kita
TerasJatim.com – 2 hari ini, masyarakat bola Indonesia paling tidak bisa mempunyai harapan baru untuk kembalinya industri olahraga yang paling digemari di jagad ini, yaitu sepak bola. Kedatangan delegasi FIFA yang dipimpin Kohzo Tashima (FIFA), H.R.H Prince Abdullah (FIFA), Mariano V Araneta (AFC), James Johnson (AFC), Sanjeevan (AFC), dan John Windsor (AFC) itu, ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang sepak bola di tanah air. Sebab siapapun memahami, bahwa Indonesia adalah salah satu pasar terbesar untuk industri olah raga ini. Dengan memiliki lebih dari 250 juta penduduknya, Indonesia dipandang mempunyai potensi hebat, paling tidak sebagai konsumen dan penikmat setia atas bisnis yang berkaitan dengan sepak bola dunia.
Buat saya dan kita semua, kedatangan delegasi FIFA itu sangatlah penting, peran aktif mereka menjadi mediator untuk membantu mencabut sanksi yang dijatuhkan FIFA pada 30 Mei 2015 lalu, sangat diperlukan. Paling tidak rombongan delegasi FIFA akan berperan ikut membantu menyelesaikan konflik yang terjadi antara pemerintah dalam hal ini Kemenpora dan PSSI.
Usai menemui PSSI, delegasi FIFA dan AFC bertolak ke Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Senin kemarin (2/11). Pada pertemuan tersebut, Jokowi didampingi Menpora Imam Nahrawi dan Teten Masduki sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Dalam pertemuan itu, kabarnya rombongan PSSI tidak diperkenankan ikut masuk ke dalam istana. Sehingga pertemuan tersebut hanya melibatkan FIFA dan Pemerintah yang membicarakan tentang upaya mencari solusi dalam mengatasi masalah sepakbola Indonesia, setelah disanksi FIFA, buntut pembekuan PSSI yang dilakukan Pemerintah (Kemenpora) pada pertengahan April lalu.
Hari ini, Selasa (03/11), delegasi FIFA juga mengundang perwakilan dari pemain yang tergabung dalam Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Hal ini, tentu saja baik buat FIFA, agar kedatangan mereka bisa mendapat informasi yang jernih dari beberapa sisi yang mempunyai kepentingan untuk dihidupkannya kembali sepak bola nasional di tanah air.
Setelah bertemu dengan PSSI dan Presiden dalam hal ini pemerintah pada Senin kemarin (02/11), FIFA langsung merilis informasi resminya kepada publik.
Salah satu bagian terpenting dari publikasi FIFA tersebut, “FIFA, AFC, PSSI dan Pemerintah secara umum memandang Indonesia negara sepakbola dengan potensi besar. Reformasi diperlukan untuk memaksimalkan potensi ini. Presiden RI memahami reformasi apapun harus sejalan dengan Statuta FIFA. Pemerintah dalam hal ini setuju”.
Dari bagian pernyataan FIFA tersebut, paling tidak kata Reformasi di segala lini sepak bola tanah air adalah hal yang akan dilakukan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana PSSI melihat kata Reformasi ini ?
Seperti yang saya baca di media nasional hari ini, Ketua Umum PSSI yang dibekukan pemerintah, La Nyala Mattalitti mengklaim bahwa pemerintah harus melibatkan pihaknya dalam pembentukan tim kecil reformasi sepakbola. “Tim kecil mau reformasi kami setuju. Mari kita reformasi sama dengan FIFA dan disupervisi pemerintah. Tapi pemerintah maunya reformasi menurut mereka dan terus disodorkan ke FIFA lalu disetujui.” (Tribunnews, Selasa 03/11),
Buat saya, ada beberapa hal yang sebelumnya harus di dudukan secara bersama-sama dalam konteks pemahaman dan substansi reformasi. Reformasi total, memang sangat dibutuhkan dalam sepak bola kita. Namun interpretasinya-lah yang akan menjadi sumber perdebatan antara FIFA, PSSI dan Pemerintah.
Ukuran reformasi yang diminta, harus bisa saling dipahami antar pihak. Bisa jadi Pemerintah sebagai pemangku kepentingan nasional dan FIFA sebagai induk organisasi sepak bola tertinggi, ingin memulai reformasi sepak bola di tanah air dengan mengadakan percepatan pergantian kepengurusan PSSI yang sekarang lewat Kongres Luar Biasa (KLB). Tapi di sisi lain, pengurus PSSI yang sudah berdarah-darah untuk duduk di kursi kepengurusannya sekarang, tentu tidak mau kehilangan muka begitu saja.
Rencananya dalam waktu dekat, pemerintah atas sepengetahuan FIFA, akan membentuk tim kecil sebagai task force untuk mengawali reformasi. Namun dalam hal ini PSSI juga ingin terlibat di dalamnya.
Dari aromanya, sepertinya kita masih akan melihat suguhan menarik tentang Reformasi sepak bola kita.
Salam Kaji Taufan