Mengintip Gairah Belajar Anak SDN 3 Kemuning dan Aksi Peduli Forum Pewarta Pacitan

Mengintip Gairah Belajar Anak SDN 3 Kemuning dan Aksi Peduli Forum Pewarta Pacitan

TerasJatim.com, Pacitan – Mendung siang menggantung di atas langit SDN 3 Kemuning, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jatim. Seketika, wilayah di sekitarnya diselimuti gerah. Tanda-tanda sebentar lagi mungkin akan turun hujan.

Denting bel pulang berbunyi memanjang. Anak-anak di dalam ruang kelas itu terdengar bersorak. Lalu berdoa. Tak lama, pintu-pintu kelas pada berderit, terbuka, dan siswa siswi keluar. Mereka menggendong tas, menenteng sepatu, ada yang pakai sandal jepit, telanjang kaki, dan sebagian memeluk beberapa buku paket.

Ternyata, mereka tidak langsung pulang. Tanda bunyi bel itu adalah isyarat untuk berkumpul. Siswa siswi mulai kelas 1-6, gegas menuju halaman paving block di depan ruang perpustakaan. Halaman yang lebih dari cukup untuk menampung 35 siswa di sekolah itu.

Para guru, orang tua siswa, dan sejumlah anggota dan pengurus Forum Pewarta Pacitan (FPPA), sudah menyambut mereka di beranda perpustakaan guna membagi sejumput informasi.

Namun, bukan sekadar informasi biasa, anak-anak di SDN 3 Kemuning itu dapat suntikan semangat dari FPPA. Satu per satu dari mereka diberi satu setel seragam sekolah warna merah putih, dan paket buku tulis. Tak luput, paket tersebut juga dibagikan kepada siswa siswi yang terdampak longsor sejak November 2022 lalu.

Segurat senyum anak-anak di sekolah itu merekah sempurna. Wajahnya merona. Pun lisan mereka, dengan tulus mengucap terima kasih atas apa yang ia dapat. “Seneng. Terima kasih tim media Pacitan,” kata Chendi, siswi kelas I di SDN 3 Kemuning, Selasa (28/02/2023).

Di bawah langit yang mendung itu, Chendi Febia, Aisyah, Icha, Amel, Tiara, Salsa, Melling, Rizki dan murid-murid lainnya, terlihat begitu bergairah. Mereka tak hanya merasa senang dapat seragam baru. Kehadiran sejumlah insan pers ini juga menambah kebaruan di benaknya, dan teman baru bagi mereka.

Pun dengan kedatangan orang tua siswa yang terdampak longsor, juga membuat hati putra putrinya sedikit lebih besar, sehingga mengurangi rasa khawatir berlebihan ketika jam pulang sekolah tiba, yang harus menyeberang sungai, naik tebing, dan menapaki jalanan sepi.

Para orang tua siswa tersebut saat kembali tidak dengan tangan kosong. Forum Pewarta Pacitan, telah menyisihkan sedikit paket sembako untuk dibawanya pulang. Setidaknya, untuk oleh-oleh atau sebagai sediaan di rumah.

“Terima kasih FPPA, semoga mendapat balasan yang lebih besar dari Allah SWT,” ucap Sri Winarti, salah seorang orang tua siswa yang terdampak longsor.

BACA: https://www.terasjatim.com/demi-anak-didiknya-tetap-bisa-belajar-ini-perjuangan-guru-sd-di-tegalombo-pacitan/

Sadar Tentang Pentingnya Pendidikan

Dukungan orang tua kepada putra putrinya itu begitu besar. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak tumbuh dari lubuk hati paling dalam. Terlebih, ketika melihat anak-anak mereka yang terpaksa tidak sekolah karena kondisi medan dan cuaca yang tidak memungkinkan.

“Buk … buk … (baca: Ibu), itu (suara musik) teman-teman sekarang sudah mulai senam. Biasanya habis ini pelajaran baru dimulai,” ungkap Lina, menirukan celoteh putrinya, sambil memasang telinga ke arah musik berasal.

Anak-anak itu mendengar alunan suara musik yang acap diputar ketika waktu senam tiba di pagi hari. Tidak saban hari. Dari jarak 2-3 kilometer, alunan musik itu terdengar menggema. Suara itu memantul dari perbukitan menusuk ke rumah mereka, lalu mendarat di telinga.

Tak jarang, ketika tidak sekolah, mereka mengintip bangunan SDN 3 Kemuning dari rumah, halaman atau jalan setapak. Mata mereka menyibak ranting dan dedaunan yang menghalangi pandangannya hanya untuk menghadirkan hatinya lebih dekat dengan sekolah, bertemu teman sebaya, guru, berlarian di halaman, membaca di perpustakaan, juga saat membuka bekal bersama teman.

Momen-momen tersebut kerap mengisi dan menghiasi lamunan mereka. Bahkan selalu hadir ketika dikunjungi sepi dan sunyi. “Kadang itu saya kasihan sama anak. Semangatnya, keinginan untuk ke sekolah itu begitu besar,” terang Dewi.

“Tapi mau gimana lagi. Hanya dukungan dan perhatian yang dapat kami berikan. Kondisi tak bisa untuk dipaksakan. Semoga ada solusi yang terbaik ke depannya,” sambung dia, yang diamini oleh para orang tua lainnya.

Sebelumnya, ada sekitar 10 anak di SDN 3 Kemuning yang terdampak longsor dari lereng Gunung Ijo, warga menyebutnya. Material dari gunung itu melindas 2 jembatan penyeberangan warga. Akses terputus. 106 Kepala Keluarga (KK) dari 5 RT, yakni 5-9, di RW 8, Dusun Sempu, Desa Kemuning, terisolir.

Peristiwa pada akhir tahun lalu itu hingga kini dampaknya masih terasa. Ketika hujan turun, material longsor berupa batu, pasir, lumpur, air, masih terus mengalir. Hal itulah yang membuat anak-anak terpaksa tidak berangkat sekolah, tetapi tetap belajar dengan didatangi guru, atau belajar secara home visit.

BACA: https://www.terasjatim.com/sengsaranya-anak-anak-di-tegalombo-pacitan/

Insan Pers Pacitan Peduli, Sasar 4 Kecamatan

Kepedulian Forum Pewarta Pacitan itu tidak lebih hanya sekadar penyemangat saja. Para insan pers ini menitip sepucuk harapan kepada para siswa siswi yang terdampak bencana longsor, agar makin giat dalam mengais ilmu untuk bekal mereka nanti.

“Ini hanya sekadar untuk penyemangat belajar. Biar makin giat menuntut ilmu, agar kelak mampu bersaing dengan perkembangan zaman. Semoga bermanfaat,” ujar Agus Setyo Wibowo, Ketua FPPA Pacitan, Selasa siang.

Doyok, sapaan dia, sebelumnya merasa tersentuh ketika liputan pada beberapa pagi lalu. Dia melihat langsung sejumlah anak-anak yang membuka bekal di tengah jalan dan makan bersama teman sebayanya.

Kondisi yang tidak jauh berbeda dengannya itu membuat memori ingatannya memutar kenangan masa-masa saat masih sekolah, sehingga momen yang ia lihat dengan mata telanjang itu diabadikan dalam gawainya.

“Hati saya tersentuh. Anak-anak jalan kaki jauh, keringat bercucuran. Berhenti di tempat teduh, membuka bekal dan makan bersama-sama dengan lauk seadanya. Duh … nikmatnya. Jadi ingat waktu masih SD dulu,” kenang dia.

“Semoga mereka, kelak jadi orang-orang yang sukses dan bermanfaat,” sambung pria yang juga salah satu awak media televisi nasional itu.

Untuk diketahui, bentuk kepedulian FPPA tidak berhenti di situ saja. Penyaluran bantuan sosial berupa paket sembako, juga menyasar sejumlah warga terdampak bencana di tiga kecamatan lainnya, yakni di Kecamatan Bandar, Nawangan dan Tulakan. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim