Kota Malang Siaga Demam Berdarah

Kota Malang Siaga Demam Berdarah
ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti

TerasJatim.com, Malang – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, menetapkan status siaga terhadap penyakit demam berdarah. Pasalnya, sejak Desember 2015 lalu, sebanyak 287 orang  positif mengidap demam berdarah dan 3 diantaranya meninggal dunia.

“Semoga di tahun 2016 ini turun angka penderitanya, segala program pengentasan penyakit demam berdarah telah kami jalankan. Kami siaga penyakit demam berdarah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM kepada TerasJatim.com.

Asih mengatakan, kasus demam berdarah menjadi atensi khusus pemerintah. Karena demam berdarah kebanyakan menyerang anak dan remaja, mulai usia 10 tahun sampai 16 tahun.

Dia menghimbau warga, untuk menjaga kebersihan lingkungan agar terbebas dari jentik nyamuk penyebab demam berdarah. Hal ini juga dilakukan menyusul kejadian jatuhnya dua korban DB kakak beradik warga Madyopuro, Kedungkandang beberapa pekan lalu.

Ia menambahkan, untuk meminimalisir penyebaran penyakit demam berdarah, Dinkes bakal merealisasikan satu juru pemantau jentik nyamuk untuk satu rumah. Ia juga mengingatkan masyarakat agar tetap waspada, bila menemui gejala penyakit demam berdarah.

Demam berdarah umumnya akan terlihat pada tiga hingga empat belas hari, setelah masa inkubasi. Diawali dengan demam tinggi yang mencapai suhu 41 derajad celcius.

“Kami tetap gencarkan 3M, ditambah mengaktifkan Jumantik, kerja bakti setiap seminggu sekali, dan pemberantasan sarang nyamuk di masyarakat. Masyarakat perlahan mulai sadar akan bahaya demam berdarah,” lanjutnya.

Maka dari itu, pemerintah Kota Malang melalui Dinas Kesehatan harus selalu sigap melakukan pencegahan dan perbanyak turun ke lapangan, untuk meninjau langsung titik titik rawan penyakit di Kota Malang.

Nyamuk1

Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Imam Fauzi, S.Ag mengatakan, tindakan intens dari Dinkes Kota Malang sudah membuktikan, bahwa DB di Kota Malang sudah menyerang warga.

“Intinya, jangan menunggu kejadian terjadi baru dilakukan tindakan. Pencegahanlah yang paling utama. Saya harap, jangan sampai terjadi lagi, kejadian di Madyopuro itu,” tandasnya.

Ia menegaskan kembali, dengan kejadian DB di Madyopuro beberapa waktu lalu itu, artinya masyarakat juga masih harus secara rutin dan terstruktur diberi sosialisasi dan edukasi, mengenai kepedulian akan hidup sehat dan bersih.

“Karena ke depannya, seluruh elemen masyarakat harus siaga menjaga kesehatan, baik dari pemerintah maupun masyarakat sendiri. Pemerintah dengan pelayanan kesehatan, sedangkan masyarakat dalam meningkatkan kesadaran hidup sehatnya,” pungkasnya. (Dim/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim