Kolaborasi Sejarah dan Budaya, TJP di Banyuwangi Sambut Hari Lahir Pancasila

TerasJatim.com, Banyuwangi – Kawan sejarah Historical Tour Indonesia menggelar kegiatan Telusuri Jejak Peradaban (TJP) yang merupakan sebuah program pengabdian masyarakat, sekaligus memperingati hari lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni.
TJP ini diselenggarakan mulai Jumat (31/05/2024) sampai Minggu (02/06/2024) di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi Jatim. Kegiatan ini berkolaborasi bersama Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI) wilayah III Jatim dan Pemerintah Desa (Pemdes) Bayu.
Saat kegiatan berlangsung di malam 1 juni, Kepala Pusat Studi Pancasila dan Kebijakan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Syahrul Romadhoni menyampaikan, secara umum negara melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor: 24 tahun 2016, sudah menetapkan bahwa Pancasila itu lahir pada tanggal 1 Juni.
“Sehingga dengan demikian, kita sebagai bangsa Indonesia sudah mampu dan sudah bisa menangkap bahwa lahirnya Pancasila itu adalah 1 Juni, dan tentunya penggagasnya, penggalinya adalah Bung karno,” ungkapnya.
Saat memberikan materi kepada peserta yang mengikuti TJP, Dhoni menjelaskan, secara umum Pancasila adalah sebagai filosofi grondslag yang artinya harus menjiwai seluruh hal yang berkaitan dengan sistem di negara ini.
“Bahkan sebagai guru norm ya sumber dari segala sumber hukum, Pancasila itu harus menjadi rujukan dalam menghasilkan sebuah peraturan perundang-undangan peraturan di republik ini,” ujar Dhoni, usai memberikan materi.
Dhoni menegaskan, faktanya peraturan perundang-undangan di Indonesia hanya mengacu sebagian saja terhadap Pancasila. Selebihnya Pancasila hanya tercantum dalam mukadimah setiap undang-undang, yang artinya pembukaan saja.
“Dengan demikian, kita tahu bahwa ternyata undang-undang itu peraturan dari publik ini ya tidak semuanya bersumberkan kepada Pancasila, bahkan ternyata ada beberapa peraturan perundang-undangan kita itu yang masih jauh dari nafas Pancasila itu sendiri,” tegasnya.
Dari hal tersebut, Dhoni menyatakan, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang secara rutin melakukan sosialisasi Pancasila, bahkan telah membentuk lembaga bernama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), diharapkan melalui komponen negara ini, masyarakat dapat diberikan pemahaman yang lebih baik mengenai Pancasila.
“Tapi menurut saya, tidak hanya masyarakat umum saja yang harus diperkuat soal nilai-nilai Pancasila, tapi justru pengambil kebijakan. Pengampu kebijakan itu yang harus sama-sama bersama dengan masyarakat untuk mampu memperaktekkan dan mengaktualisasikan Pancasila dalam segala lini kehidupan, baik itu yang bersifat formal maupun informal,” imbuhnya.
“Jadi tidak hanya masyarakat yang diberikan pemahaman soal Pancasila, tapi seluruh pengampu kebijakan juga diajak bersama-sama untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila,” sambung dia.
Sementara itu, Muhammad Ilyas, selaku ketua panitia TJP juga menyampaikan, bahwa tujuan menyelenggarakan kegiatan ini salah satunya karena berkaitan antara sejarah budaya dengan Pancasila.
“Jadi bagaimana teman-teman yang nantinya di sini itu bisa mengenal Pancasila, meskipun dasar karena kan tadi itu hanya basic. Basic Pancasila itu seperti apa, intisari dan substansi Pancasila itu seperti apa begitu,” imbuhnya.
Ilyas juga berharap, dari kegiatan TJP ini bisa membantu semua kawan sejarah untuk terus berkembang. “Dan teman-teman sejarah yang lain, para antusias sejarawan dan budaya yang lain itu juga ikut mengembangkan potensi di tempat mereka masing-masing. Tentunya kita berkolaborasi bagaimana sejarah dan budaya di Indonesia itu semakin baik lagi,” pungkasnya. (Ris/Nng/Kta/Red/TJ)