Kena Kanker Tulang, Siswi Juara Pencak Silat di Lamongan Butuh Biaya Untuk Amputasi Kakinya

Kena Kanker Tulang, Siswi Juara Pencak Silat di Lamongan Butuh Biaya Untuk Amputasi Kakinya

TerasJatim.com, Lamongan – Seorang siswi kelas 3 SMP, Ocha Olivia (15), warga Dusun Balong, Desa Jegreg, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, hanya bisa berbaring lemah di atas tempat tidurnya. Pasalnya, remaja yang pernah meraih juara 2 kejuaraan pencak silat tingkat kabupaten itu menderita penyakit kanker tulang yang mengakibatkan kaki sebelah kanannya membengkak hingga tidak bisa digunakan untuk berjalan kaki.

Eni, ibu kandung Ocha menjelaskan, jika kondisi tersebut sudah dialami anaknya kurang lebih sekitar 7 bulan yang lalu. Ia juga mengatakan jika perawatannya selama ini hanya dilakukan di rumah saja lantaran takut dengan mahalnya biaya rumah sakit.

“Awalnya anak saya merasakan nyeri pada bagian paha sampai lututnya, serta ada benjolan sebesar telur. Hingga beberapa hari kemudian, kami lihat kondisinya semakin buruk, hingga kami putuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit Ngimbang. Namun di situ hanya dirawat beberapa hari dan diijinkan pulang,” ungkap Eni, sembari duduk di samping tempat tidur yang digunakan Ocha untuk berbaring. Rabu (26/02/20).

Eni mengaku, jika penyakit yang menyerang anaknya itu baru diketahuinya setelah Ocha dirujuk ke Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) Lamongan, dan divonis terserang penyakit kanker tulang.

“Dokter mengatakan jika anak kami terkena kanker tulang. Dan sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Muhammadiyah,” lanjut Eni.

Meski beberapa kali menjalani perawatan, namun kondisi Ocha masih belum menunjukkan hasil yang baik, hingga keluarga merujuknya ke RSUD. Dr. Soegiri Lamongan. Namun pihak rumah sakit menganjurkan agar Ocha dirujuk ke RS. Dr. Soetomo, Surabaya, untuk dilakukan amputasi. Mengingat kondisi kakinya sudah semakin membesar.

“Kami bingung harus gimana lagi. Satu sisi anak saya kondisinya semakin parah. Sementara kami tidak memiliki biaya untuk melakukan amputasi itu,” keluhnya.

Kondisi tersebut nampaknya semakin menambah beban dalam kehidupan Eni dan suaminya, Nugroho, yang kesehariannya berprofesi sebagai petani. Pasalnya, meskipun sudah tercover oleh jaminan kesehatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), namun mereka masih harus mencari biaya perawatan lainnya yang totalnya diperkirakan mencapai Rp.30 juta. (Def/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim