Kadinkes Kota Malang: 9 Anak Penderita Gagal Ginjal Akut Dirawat di RSSA

Kadinkes Kota Malang: 9 Anak Penderita Gagal Ginjal Akut Dirawat di RSSA
ilustrasi

TerasJatim.com,, Malang – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Husnul Muarif menyebutkan, saat ini terdapat 9 kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) yang rata-rata menyerang pada anak usia 2 -5 tahun, dan kini dirawat di Rumah Sakit dr Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Husnul menjelaskan, saat ini pihaknya belum mengetahui kondisi ke 9 anak tersebut karena semuanya masih ditangani di RSSA Malang, yang ditetapkan Pemprov Jatim menjadi rumah sakit rujukan untuk menangani kasus gagal ginjal akut.

Ia menyebutkan, kasus tersebut ditemukan sejak bulan Agustus hingga 17 Oktober lalu, dengan rincian di bawah usia 6 tahun sebanyak 5 anak, dan 4 anak usia di atas 6 tahun.

“Mereka tidak hanya dari Kota Malang. Ke 9 kasus ini penjelasnnya dari pihak RSSA cuma 3 dari Malang, 4 Blitar, 1 Pasuruan, dan 1 Sidoarjo,” jelasnya, Kamis (20/10/2022).

Terkait upaya yang dilakukan, Husnul menegaskan, sesuai SE Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, agar semua fasyankes yang ada di Kota Malang, yakni RS, klinik, puskesmas, dokter praktek mandiri dan apotek, untuk mewaspadai jika ada pasien sesuai SE Dirjen tersebut.

“Sudah jelas di SE itu apa yang perlu diperhatikan dan apa yang harus dilakukan ketika mendapati pasien anak dengan keluhan mengalami diare, batuk, pilek dan muntah. Kemudian, produksi urine yang dihasilkan mengalami penurunan volume,” sebutnya.

Ia menambahkan, sesuai SE itu semua obat jenis sirup ditarik dan untuk mengawasinya Dinkes Kota Malang telah melakukan pemantauan.

Sememtara itu, Dirut RSSA Malang, dr Kohar mengatakan, bahwa RSSA Malang telah ditunjuk menjadi RS Rujukan dalam menangani kasus gagal ginjal anak akut dan telah menangani pasien sejak bulan Agustus.

Namun, Kohar tidak merinci jumlah sebenarnya pasien gagal ginjal anak akut yang masuk ke Rumah Sakit milik Provinsi Jatim ini. Ia beralasan data sedang dikumpulkan ke Kemenkes RI karena jumlahnya fluktuatif.

“Seluruh pasien 56 persen kondisinya membaik setelah dilakukan Hemodialisa (cuci darah) dan 30 persen meninggal,” pungkasnya. (As/Kta/Red/TJ/RRI)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim