Jatim Butuhkan Banyak Pekerja Ahli di Bidang Pembangkit Listrik

Jatim Butuhkan Banyak Pekerja Ahli di Bidang Pembangkit Listrik
ilustrasi

TerasJatim.com, Malang – Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya yang siap pakai dan berkompeten di bidangnya, PT Pembangkit. Jawa Bali (PJB), sengaja memperluas kemitraan dengan lembaga pendidikan khususnya SMK yang ada di provinsi Jawa Timur.

Kerjasama dilakukan dengan menciptakan Class PJB di beberapa SMK Jawa Timur, termasuk di SMK PGRI kota Malang yang lebih dahulu membuka progam kelistrikan sejak 2 tahun terakhir.

PT Pembankit Jawa Bali memperluas kemitran bersama beberapa sekolah menengah kejuruan dengan membuka progam pendidikan keahlian teknik listrik pembanngkitan, teknik instrumen pembangkitan serta teknik mesin pembangkitan, yang menggunakan kurikulum.

Hasil sinkronisasi ini sudah berjalan selama 2 tahun dan saat ini PT. PJB kembali menawarkan ke beberapa SMK lainnya yang ada di Jawa Timur.

Dalam agenda evaluasi ini, PT PJB mengundang 11 kepala sekolah perwakilan SMK se-Jawa Timur, siswa, serta dihadiri Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan PT Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Hudiyono.

Dalam penjelasannya, Hudiyono mengatakan, bahwa PT. PJB saat ini masih membutuhkan banyak pekerja ahli di bidang pembangkit listrik. Terlebih pemerintah akan menambah pasokan listrik sebesar 30.000 mega watt, khususnya di wilayah Jawa-Bali.

“PT. PJB memilih lulusan SMK untuk dapat menduduki peluang kerja sebagai tenaga ahli ataupun operator yang tentunya sudah memiliki kompetensi dan sertifikasi,” ujar Hudiyono, Kabid Pendidikan Menengah dan PT Diknas Provinsi Jatim, kepada TerasJatim.com, Jumat (15/01).

pjb tenaga ahli

Sementara itu, menyikapi hal ini, Kepala SMK PGRI 3 Malang, M Lukman Hakim .ST optimis, pihaknya mampu memenuhi kebutuhan tenaga operator yang dibutuhkan PT PJB melalui class PJB yang sudah berjalan 2 tahun terakhir ini. “Dengan 3 progam studi khususnya clas PJB jurusan keahlian teknik listrik pembangkitan, teknik instrumen pembangkitan serta teknik mesin, kami setiap tahun akan meluluskan sedikitnya 90 siswa, yang 100% bisa langsug ditempatkan kerja di PJB,” ungkapnya.

Untuk menekan angka pengangguran khususnya di Jawa Timur, Diknas Provinsi Jatim mengambil kebijakan untuk menghentikan sementara pendirian sekolah menengah atas, dan mengalihkan dengan memperbanyak sekolah menengah kejuruan di daerah-daerah.

Moratoriun pendirian SMK ini diambil untuk mengurangi angka pengangguran lulusan SMK yang dipandang belum memiliki keterampilan dan siap dalam dunia kerja.

Dari dari data yang ada, pengangguran terbanyak saat ini merupakan llulusan SMA. “Setiap tahun lulusan SMA lebih banyak dari SMK, namun ironisnya lulusan SMA sebagian kecil saja yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara dunia industri, saat ini lebih memilih pekerja yang siap, dan tentunya lebih memilih lulusan SMK ketimbang SMA,” sambung Hudiyono.

Moratoriun pendirian SMA di Jawa Timur sifatnya sementara sampai akhirnya lulusan SMA dan SMK seimbang. (Sdi//TJ/)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim