Jagung Impor Masuk, Harga di Petani Turun Jadi Rp 4.000/Kg

Jagung Impor Masuk, Harga di Petani Turun  Jadi Rp 4.000/Kg

TerasJatim.com, Surabaya – Penahanan ratusan ribu ton jagung impor di pelabuhan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) pada Desember 2015-Januari 2016 lalu, mengundang protes banyak pihak, terutama para peternak ayam yang tercekik oleh mahalnya pakan ternak berbahan baku jagung.

Di lansir dari DetikFinance, penahanan jagung impor tersebut membuat harga pakan ternak melonjak 100% menjadi Rp 7.000/kg. Harga ayam pun ikut melonjak sampai Rp 35.000/ekor. Akibatnya masyarakat harus membeli ayam dengan harga mahal.

Meski begitu, ada juga dampak positif dari penahanan impor tersebut. Harga jagung di tingkat petani melonjak hingga Rp 6.000/kg sehingga petani menikmati keuntungan yang sangat layak.

“Kemarin saat impor ditahan harga jagung di petani sempat sampai Rp 5.000-Rp 6.000/kg untuk jagung dengan kadar air masih 17%,” ujar Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, saat dihubungi detikFinance di Jakarta, Sabtu (06/02). Namun harga jagung di tingkat petani segera turun setelah 445.500 ton jagung impor yang tertahan akhirnya dibebaskan.

Hari ini, harga jagung petani sudah menurun Rp 2.000/kg menjadi Rp 4.000/kg. “Harga hari ini di petani sekitar Rp 4.000/kg setelah jagung impor yang harganya Rp 3.600/kg masuk,” Winarno mengungkapkan.

Pihaknya tidak mau jagung impor dilarang masuk. Tetapi, Winarno mengingatkan, harga jagung di tingkat petani juga harus dijaga, jangan sampai impor tidak terkendali dan membuat petani di dalam negeri rugi.

“Impor silahkan masuk, tapi jangan sampai menjatuhkan harga jagung di petani,” tutupnya.

Sebagai informasi, Menteri Perdagangan Thomas Lembong pada Jumat pekan lalu akhirnya memutuskan untuk membebaskan 445.500 ton jagung yang saat ditahan Kementerian Pertanian (Kementan) di sejumlah pelabuhan di Medan, Semarang, Banten, dan Jawa Barat.

Jagung impor tersebut dibeli Perum Bulog dan segera disalurkan ke peternak yang membutuhkan jagung sebagai bahan baku pakan ternak.

Hal ini diharapkan dapat mengakhiri ketidakpastian mengenai kelanjutan dari impor jagung yang sebagian telah memasuki pelabuhan wilayah Indonesia tersebut.

Tom Lembong menjelaskan, keputusannya ini didasari oleh fakta bahwa kenaikan harga jagung untuk pakan ternak akhir-akhir ini mengindikasikan adanya kekurangan pasokan atau terjadi kelangkaan.

“Jagung lokal dengan spesifikasi kebutuhan pakan sebenarnya tersedia namun lokasinya di daerah-daerah yang terpencar dan tidak berdekatan dengan lokasi pabrik pakan,” kata Tom Lembong. (TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim