Harga Minyak Jatuh, Berkah atau Ancaman ?

Harga Minyak Jatuh, Berkah atau Ancaman ?
ilustrasi

TerasJatim.com – Sebagian besar publik (mungkin juga termasuk saya),  tidak tahu atau ada yang pura-pura tidak mau tahu tentang  bagaimana sebenarnya hitung-hitungan yang “persis” atas harga minyak dunia.

Yang pasti, ketika harga minyak dunia turun, publik mengapresiasi dan selalu mengharapkan harga BBM menjadi ikut turun. Publik tidak punya waktu untuk belajar memahami apa dampaknya ketika harga minyak dunia jatuh secara signifikan.

Banyak orang “pinter” berpendapat, bahwa turunnya harga minyak dunia bisa jadi merupakan sebuah “ancaman” baru bagi perekonomian dan perusahaan minyak yang ada di Indonesia.

Turunnya harga minyak dunia pada dasarnya bukanlah berkah bagi bangsa ini, tetapi sekaligus ancaman terhadap perekonomian negeri kita.

Jika harga minyak terus turun dibawah harga pokok produksi-nya, maka kabarnya akan banyak perusahaan minyak yang ada di Indonesia akan menghentikan produksinya dan hal tersebut berdampak semakin banyaknya PHK, yang pada akhirnya dapat menghentikan sumber periuk bagi pegawai, pekerja dan karyawan rekanaan yang berada di sektor perminyakan.

Harga hitungan pokok produksi minyak di Indonesia di kisaran 25 – 30 dolar AS/barel, sementara harga minyak di pasar dunia, kabarnya antara 32 hingga 33 dolar AS/barel. Sehingga hal ini menjadi ancaman bagi perusahaan minyak dalam negeri.

Diprediksi, hingga akhir Februari ini, harga minyak kemungkinan akan terus turun. Apalagi dikabarkan bahwa Amerika sudah banjir dengan shale oilnya dan juga shale gas. Disebutkan, biaya produksi shale oil Amerika, sangat murah yakni sekitar 5 – 10 dolar AS/barel, atau jauh lebih murah dari biaya produksi minyak yang didapat dari fosil.

Di sisi lain, negara-negara Arab yang dikenal sebagai negara penghasil minyak terbesar di dunia ini, kabarnya tetap berambisi untuk tidak mengurangi produksinya. Apalagi biaya pokok produksi mereka lebih murah ketimbang negara-negara lain, yaitu sekitar 5 dolar AS hingga 10 dolar AS/barel.

Murahnya biaya lifting di negara-negara Arab tersebut, disebabkan karena sumur-sumur minyak mereka yang berjumlah ratusan ribu dan kesemuanya penuh dengan minyak. Hal itulah yang menjadi jurang pemisah jika dibandingkan dengan biaya operasi sumur dan lifting minyak di Indonesia.

Sumur-sumur minyak kita, selain dari jumlahnya yang tidak terlalu banyak, kebanyakan kondisinya juga sudah nyaris “kering,” sehingga diperlukan biaya tinggi untuk mengeluarkan minyaknya.

Banyak yang menyarankan agar pemerintah menyikapi secara cerdas turunnya harga minyak dunia, dengan menahan besaran harga jual yang ada saat ini dan mengelola keuntungan dari selisih harga tersebut untuk dipergunakan sebagai dana cadangan yang diperlukan sebagai dana stabilitasi BBM, ketika harga minyak dunia kembali naik.

Sebab tidak menutup kemungkinan, pada suatu saat dan bisa secara tiba-tiba harga minyak dunia akan kembali meroket.

Pemerintah juga perlu menetapkan formula harga jual BBM dan menjelaskannya secara jujur, terang dan rinci kepada masyarakat. Sehingga publik memahami benar berapa keuntungan dan kerugian yang dialami oleh negara (Pertamina), ketika harga minyak dunia turun dan naik.

Pemerintah juga perlu menjelaskan ke publik apa dampak akibat melemahnya rupiah terhadap harga minyak dunia yang dominan diimpor, sehingga mereka bisa memahami atas sikap dan kebjakan pemerintah terhadap perubahan harga BBM. Hal ini penting adanya, karena ketika harga BBM turun dan ketika naik-pun, masyarakat akan paham dengan kebijakan tersebut.

Sejujurnya, hingga saat ini informasi dan sosialisasi tentang kondisi naik turunnya harga BBM, banyak disikapi dengan cara berbeda di kalangan masyarakat.

Ketika BBM naik, pemerintah di anggap kejam dan tidak berpihak kepada rakyatnya. Namun, ketika harga BBM turun, disikapi biasa-biasa saja dan malahan di sebagian masyarakat masih ada yang mencibir dan menganggap bahwa turunnya harga BBM, belum sebanding dengan apa yang mereka keluarkan untuk biaya kebutuhan dasar mereka.

Salam Kaji Taufan

(Diolah dari  Market)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim