Hanya dari Limbah, Ikhsan Pria Asal Tulakan Pacitan Sukses Kembangkan Peternakan

Hanya dari Limbah, Ikhsan Pria Asal Tulakan Pacitan Sukses Kembangkan Peternakan

TerasJatim.com, Pacitan – Mengelola limbah atau sampah organik untuk dijadikan sebagai pakan ternak fermentasi, sebenarnya mudah dilakukan. Selain murah, hal itu juga mudah didapat. Akan tetapi, tidak semua orang mau untuk melakukannya.

Dengan bermodalkan tekad dan tekun untuk mengembangkan peternakannya, Ahmad Ikhsan, pria warga asal RT02/RW03 Dusun Dlopo, Desa/Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan iJatim ni, sejak 5 tahun lalu sudah mulai merintis membuat pakan ternak fermentasi.

Keinginanya tersebut muncul ketika saat berkunjung ke Mekkah untuk berhaji pada 2010 silam. Kemudian ia melihat sejumlah kambing yang memakan kertas dan kardus bekas. Diamatinya kambing itu tetap hidup dan tidak kurus akan tetapi berdaging atau gemuk.

Berawal dari situlah ia tertarik untuk mencoba dan belajar lebih jauh, baik melalui internet maupun beberapa buku atau belajar secara otodidak. Terlebih, Ahmad Iksan merupakan pensiunan PNS yang dulunya sebagai mantri kesehatan di salah satu Puskesmas yang ada di Pacitan. Sehingga setidaknya ia mengetahui terkait kesehatan.

Setelah dipelajarinya, ia kemudian mencoba mempraktikkannya dengan eksperimen pertama kali kambing jenis domba. Dan ternyata, kambing itu gemuk bahkan hingga melahirkan. Karena ia ingin membuktikan bahwa pencernaan hewan ternak itu sama, kemudian ia mencobanya ke kambing jenis lainnya jenis Jawa, Etawa dan sekarang sapi.

“Ternyata hasilnya juga sama, ternak mau gemuk. Kertas itu kan rata-rata bahan bakunya dari kayu, kalau kardus itu dari damen (batang padi), ampas tebu, dan layak untuk pakan,” katanya, saat ditemui TerasJatim.com, di sela-sela membuat pakan, Kamis (27/06/19).

Menurut bapak 3 anak ini, manfaat pembuatan pakan fermentasi tersebut memudahkan ternak untuk mencerna makanan. Selain itu, menurut teori yang diperolehnya, itu lebih bagus baik dari segi nilai gizi dan lainnya.

“Menurut teori yang saya baca, nilai gizinya lebih tinggi, karena fungsi bakteri di situ untuk menghidupkan mikroorganisme baru. Jadi, bisa mengembalikan kadar protein yang tadinya basah kembali ke basah,” tuturnya.

Ikhsan begitu akrab disapa menerangkan, adapun bahan-bahan yang dibuat fermentasi tersebut diantaranya berasal dari limbah organik, mulai dedaunan, dedak, gula, garam dan air. Campuran bahan-bahan tersebut nantinya akan menjadi pakan ternak setelah di proses fermentasi.

Sedangkan cara membuatnya juga mudah. Sampah organik yang sudah diselep atau bisa juga dirajang, dicampur dedak atau katul secukupnya sebagai media pembiaan mikroorganisme.

Kemudian, membuat larutan dalam wadah ember yang diisi air, gula, bisa menggunakan gula tetes, tetapi ia memilih memakai gula pasir yang harganya lebih murah. Kemudian ditambah garam dan larutan Efective Microorganizer-4 (EM4) secukupnya.

Selanjutnya, campuran bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum atau wadah yang telah disiapkan kemudian diaduk serta dipadatkan bisa dengan cara diinjak atau lainnya agar padat dan ditutup rapat.

“Kalau tidak ada larutan EM4, biasanya yang sudah saya pakai itu buah nanas. Setelah itu didiamkan minimal selama seminggu dan lebih lama lebih baik menurut teori yang saya baca. Tapi praktiknya yang saya coba sehari semalam sudah dibuka dan kasihkan ternak itu tidak masalah, tapi sebaiknya ikuti teori saja, agar hasil lebih baik,” terangnya.

Menurut metode pembuatan pakan fermentasi dengan bahan organik yang ada di sekitar sangatlah mudah, murah dan lebih efisien.

Pria 54 tahun itu menambahkan, ke depan, ia ingin masyarakat meniru cara yang dilakukannya tersebut. Bahkan, pihaknya terbuka untuk semua orang untuk sharing, menyalurkan ilmu maupun memberikan bimbingan.

“Yang saya inginkan itu masyarakat bisa meniru. Jadi, berternak dengan cara demikian itu sangat efisien, operasional jauh lebih murah karena makanannya kita ambil dari sampah organik. Dan saya terbuka untuk siapapun yang mau belajar, karena ilmu akan lebih bermanfaat jika ditularkan ke orang lain,” imbuhnya.

Meski hasil limbah yang diolahannya jadi pakan ternak, namun ia belum memasarkan secara luas. Sosok pria yang kesehariannya menghabiskan waktunya di kandang ini memang patut untuk dicontoh. Karena, dengan cara mudah, murah dan efisien, saat ini ia memiliki sekitar 24 ekor sapi dengan dua karyawan tetap.

Bahkan, Ikhsan juga menjadi motivasi tersendiri bagi sebagian petani peternak baik sapi maupun kambing yang ada di wilayahnya, untuk belajar mengembangkan ternak dengan cara yang dilakukannya..

Salah satunya Nur Cahyo (45), warga Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan. Ia mengaku sangat termotivasi dengan apa yang dilakukan Ikhsan dalam memelihara hewan ternak dengan cara yang mudah, terutama dalam hal memberi pakan dengan fermentasi.

“Pak Ikhsan ini sangat memotivasi saya yang masih awam. Akhirnya saya tertarik untuk memelihara sapi dan Alhamdulillah saat ini sudah 3 ekor yang sudah saya pelihara dengan cara yang sama dengan Pak Ikhsan,” ungkapnya. (Git/Adv)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim