Hampir Punah, Pagelaran Wayang Kulit Dipertahankan Oleh Tradisi

Hampir Punah, Pagelaran Wayang Kulit Dipertahankan Oleh Tradisi

TerasJatim.com, Tuban – Pagelaran wayang kulit di lapangan sendang Ngerong Desa Gunungayar Kecamatan Soko Kabupaten Tuban, dengan lakon Subali Nagih Janji, sukses dipertontonkan hingga usai acara.

Pagelaran seni budaya itu dalam rangka sedekah bumi desa setempat, sebagai tradisi masyarakat Jawa yang masih kental dan bertahan hingga saat ini.

Bagi masyarakat desa, dengan nanggap (menggelar pertunjukan, red) wayang kulit saat sedekah bumi, adalah sebuah keharusan yang tidak dapat ditinggalkan.

Kebudayaan wayang kulit yang merupakan budaya asli Indonesia khususnya suku Jawa ini, sesungguhnya telah hampir punah dan tergeser oleh kecanggihan teknologi. Hal itu terbukti dalam pertunjukan, pada Rabu (17/10) kemarin.

Pagelaran wayang kulit ini tidak menyedot perhatian penonton, terutama kaum muda. Hanya dari kalangan masyarakat tua saja yang nampak antusias menikmati alur cerita pagelaran itu,

Para penonton yang rata-rata telah berusia setengah abad tersebut, mengaku bahwa setiap acara manganan (sedekah bumi, red), mereka tidak pernah absen datang untuk menonton.

“Ini adalah sebuah tradisi turun temurun. Jadi setiap manganan ya, saya nonton wayang di sini mas,” ucap Joyo Karso, pria 55 tahun, warga asal Samben Plumpang Tuban.

 

Sementara, saat ditemui TerasJatim.com usai pagelaran, Ki Dalang Katrup mengatakan, sebenarnya pertunjukan ini belum tuntas dan masih menyisakan satu episode lagi. Menurutnya, lakon Subali Nagih Janji ini terkait hubungannya dengan adanya sumber mata air di sendang Ngerong Gununganyar.

“Lakon Subali Nagih Janji ini hubungannya dengan Gununganyar ya karena masalah dari sumber ini. Sumber perkara adanya mata air yang besar ini asalnya dari mana,” terang Katrup

Selebihnya Ki Dalang Katrup menambahkan, budaya wayang kulit di wilayah Kabupaten Tuban pada akhir-akhir ini sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup bagus, jika dibandingkan pada tahun sebelumnya.

Hampir di setiap Kecamatan ada pertunjukan wayang kulit. Namun ia juga menyayangkan terkait kurangnya  generasi penerus budaya ini. “Untuk generasi penerus sangat minim sekali,” bebernya.

Terpisah, Kepala Desa Gunungayar Ahmad Ridwan menuturkan, kegiatan pertunjukan wayang kulit tersebut merupakan tradisi masyarakat di desanya yang tetap bertahan hingga saat ini. Sebab menurutnya, jika ditinggalkan dalam penyelenggaraan acara sedekah bumi, dikhawatirkan akan membawa dampak bagi masyarakat.

“Dulu pernah ada pagebluk mas, entah kebetulan atau bagaimana saya juga kurang tahu. Ketika dulu pernah meninggalkan pertunjukan wayang kulit dan langen tayub saat manganan,” ungkapnya.

Masih menurut Ahmad, semua kegiatan yang berkaitan dengan tradisi masyarakat secara turun-temurun yang dilaksanakan di desanya, tidak pernah lepas dari petunjuk dari para tetua adat desa. (Adi/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim