Dugaan Pencemaran Bengawan Solo, Pemprov Jatim Turun Tangan

Dugaan Pencemaran Bengawan Solo, Pemprov Jatim Turun Tangan

TerasJatim.com, Surabaya – Terkait adanya perubahan warna air sungai yang menjadi merah tua di beberapa wilayah aliran sungai Bengawan Solo, Pemprov Jatim telah mengambil langkah cepat. Salah satunya dengan mengambil sampel di 5 titik sungai, yaitu 3 titik di Bojonegoro (Bandung Gerak, Jembatan Padangan, Desa Kracaan Ngraho) serta 2 titik di Ngawi (Jembatan Pitu dan Mantingan).

“Sampel air sungai tersebut sudah kita ambil pada tanggal 29 dan 30 November 2019. Hasilnya baru keluar kemarin tanggal 4 Desember,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Kamis (05/12/19).

Berdasarkan hasil uji kualitas air sungai di titik Bojonegoro, parameter pencemar mineral logam di Jembatan Padangan tertinggi TDS = 570 mg/l ;pH =7,62 ; NH4=0.0362mg/l;Mn=1.26 mg/l; Zn=0.0113mg/l;Pb=<0.0547 mg/l Cd=<0.00935 mg/l;.

Hal ini menunjukkan bahwa TDS kekeruhan masih di bawah standart Baku Mutu Air sungai kelas III (TDS = 1000 mg/l) dan Unsur Pb Baku Mutu 0.03 mg/l sedikit melebihi. Sehingga dapat dianalisa bahwa pengaruh warna masih dalam batas toleransi karena saat yang sama langsung dibuka pintu air perum jasa tirta (PJT) Madiun untuk penetrasi sehingga kondisi aliran air sungai normal kembali.

Untuk menjaga baku mutu air sungai di masa yang akan datang, Khofifah mengharapkan sinergitas yang lebih kuat antara pihak aparat penegak hukum, kementerian teknis dan Pemprov Jateng serta Jatim.

Ia menjelaskan, perubahan warna air sungai menjadi merah tua kemungkinan disebabkan beberapa faktor. Dan untuk mengetahui penyebab pastinya harus dibuktikan lewat pengujian ilmiah pada sampel yang sudah diambil.

“Perubahan warna akibat pencemaran sungai tersebut bisa dimungkinkan dari beberapa faktor. Dan, tentunya kita harus lakukan pembuktian lewat pengujian ilmiah. Jika terbukti pencemarnya kami mohon dapat ditindak tegas sesuai peraturan perundang- perundangan yang berlaku,” tegas perempuan yang juga mantan Mensos RI ini, sembari menjelaskan khususnya untuk sampel air di 3 titik di wilayah Bojonegoro dan 2 titik di Ngawi.

Lebih lanjut disampaikan Khofifah, pada 3 Desember kemarin, pihaknya juga telah mengikuti Kongres Sungai Bengawan Solo di Semarang. Pada kegiatan tersebut, juga dibahas pentingnya daya dukung alam dan lingkungan. Utamanya, terkait kualitas baku mutu air sungai.

“Dua bulan lalu saya sudah berkoordinasi dengan pak Ganjar (Gubernur Jateng) terkait baku mutu air di sungai Bengawan Solo. Dan ternyata pak Ganjar juga menyoalkan kualitas baku mutu air Bengawan Solo yang mengalami penurunan kualitas cukup dalam,” urai Khofifah.

Ia berharap, Kementrian LHK bersama kementerian PUPR dapat melakukan proses tindak lanjut atas kasus ini dan jika terbukti harus diberi peringatan sampai dengan sanksi sesuai peraturan petundang- undangan bagi perusahaan yang membuang limbahnya secara tidak bertanggung jawab.

“Bahkan perlu tindakan tegas jika memang dianggap efektif dan bisa menjerakan. Sebagaimana kementerian KLHK juga memberikan strict punishment pada perusahaan pembakar hutan,” pinta Khofifah.

Pada hasil Rakor juga disepakati adanya action plan dan surat keputusan bersama antara Provinsi Jatim dan Jateng untuk penanggulangan sungai Bengawan Solo. Sehingga, tidak ada daerah yang merasa terkena dampak pencemaran.

Menurutnya, berbagai upaya mempertahankan baku mutu air sungai ini menunjukkan pentingnya mencintai sungai. Karenanya, ia berharap sungai bisa menjadi beranda depan bagi seluruh warga bukan hanya di Jatim dan Jateng.

“Mencintai sungai ini menjadi bagian penting. Oleh sebab itu, saya sudah beberapa kali melakukan susur sungai. Harapannya sungai bisa menjadi beranda depan semua warga. Dan yang tak kalah penting semua habitat di sungai bisa hidup dengan baik,” pungkas wanita yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU ini. (Jnr/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim