Di Jatim, Banyak Desa Rawan Bencana

Di Jatim, Banyak Desa Rawan Bencana

TerasJatim.com, Sidoarjo – Provinsi Jatim saat ini memiliki 2.999 desa yang dikategorikan rawan bencana. Terkait hal itu, saat menjabat Menteri Sosial, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pernah memberikan terminologi bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan dalam menghadapi bencana, yaitu hidup berdampingan ramah dengan bencana.

Ini berlaku bagi daerah yang langganan bencana seperti banjir di daerah aliran sungai Bengawan Solo, seperti Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan di Madiun, serta tanah longsor seperti di Ponorogo dan Pacitan.

Menurut Khofifah, titik-titik daerah rawan bencana itu telah terdeteksi. Oleh sebab itu pihaknya berharap BPBD Jatim dan Kabupaten/Kota serta relawan, bisa melakukan langkah solutif dan strategis baik jangka pendek maupun panjang.

Khofifah menambahkan, kerawanan bencana di Jatim saat ini adalah banjir disusul kebakaran hutan. Menghadapi dua bencana itu dibutuhkan kemampuan dan keahlian yang tinggi untuk menangani kedua jenis bencana yang berbeda itu, baik dari Tim BPBD dan para relawan.

Saat berkunjung ke Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim di Waru Sidoarjo, Selasa (05/03/19) siang, orang nomor satu di Pemprov Jatim itu berpesan agar peranan BPBD Jatim saat terjadi bencana, senantiasa tampil berada di tiga lini, yaitu depan, tengah dan belakang.

Saat upaya evakuasi, perlengkapan yang dibutuhkan seperti ambulan, tandu, dokter dan obat-obatan, serta dalam fase tanggap darurat 14 hari harus dilakukan solusi yang efektif bagi korban dan daerah bencana.

“Pada saat terjadi bencana alam maupun sosial BPBD harus tampil berada di tiga lini,” terangnya seraya memberikan apresiasi kepada para relawan yang menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan yang terinci dan menyeluruh pada saat terjadi bencana.

Di markas BPBD Jatim itu, Gubernur juga secara langsung melihat gelar perlengkapan sarana prasarana penanganan bencana serta mendengarkan pemaparan standar operasional prosedur dalam setiap penanganan bencana dari personil gugus tugas bencana.

Saat meninjau ruang Pusat Pengendalian dan Operasional (Pusdalops), ia meminta untuk meningkatkan kapasitas teknologinya setidaknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh Pudalops BNPB di Jakarta.

Dengan kecanggihan teknologi dan alat maka bisa mendeteksi kerawanan bencana seperti ketinggian air secara real time. Untuk peringatan dini maka bisa bekerja sama dengan jaringan provider yang beroperasi di Jatim untuk menyampaikan pesan peringatan bencana kepada masyarakat.

“Format kerja sama dengan provider ini untuk penyebaran informasi peringatan dini bencana ini bisa dengan mudah dilakukan di era digital ini,” pungkas dia. (Jnr/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim