Depresi, TKW asal Ponorogo dipulangkan dari Singapura

Depresi, TKW asal Ponorogo dipulangkan dari Singapura

TerasJatim.com, Ponorogo – Seribu satu masalah yang menimpa para tenaga kerja wanita (TKW) seakan tak membuat jera. Bahkan tiap tahun jumlahnya makin bertambah. Padahal para pejuang devisa ini sangat rentan dengan berbagai masalah sejak proses pemberangkatan, penempatan, selama bekerja di negri orang maupun setelah pulang ke tanah air.

Seperti yang di alami Vety Tri Arista Dewi, warga desa Gabel kecamatan Kauman Ponorogo yang dipulangkan dari Singapura karena depresi. Umurnya baru 20 tahun, dia berangkat ke Singapura pada bulan Januari 2015 melalui PT. Putra Indo Sejahtera Madiun. Karena masih dibawah umur maka pihak PJTKI menuakan umur Vety agar bisa berangkat ke Singapura. Meski pihak keluarga sudah diberitahu tentang hal ini namun karena keinginan anak yang kuat dan ngeyel maka keluarga tidak bisa berbuat banyak. Selama 10 bulan bekerja di Singapura dia ganti majikan 3 kali. Saat bekerja di  majikan ke-1 dan ke-2 dia tidak menerima gaji sama sekali dengan alasan dibawa agen. Sedangkan di majikan ke-3 Vety bekerja selama 3 bulan, sempat dirawat di rumah sakit karena depresi. Saat di rumah sakit dia mengaku kalau tangan dan kakinya diikat. Pada tanggal 7 Oktober 2015 Vety di pulangkan ke Indonesia dan dikasih uang lima juta rupiah oleh majikan ketiganya. Kini kondisinya sudah membaik  dan bisa diajak komunikasi namun kadang masih ndleming sendiri.

Nasib kurang baik juga menimpa Suwarni saudara dekat Vety  yang juga berasal dari desa Gabel Kecamatan Kauman. Bekerja selama 6 bulan di Singapura namun karena menderita kista dia harus segera menjalani operasi di Indonesia. Pihak PJTKI yakni PT. Putra Indo Sejahtera tidak koopetatif. Bahkan ketika pulang ke Indonesia semua dokumen seperti paspor, KTP, akte dan ijazah semua ditahan pihak PJTKI.  Suwarni berharap agar uang asuransi nya dapat dicairkan. Karena pihak PJTKI mengatakan bahwa asuransi tersebut sudah hangus.

Kedua kasus yang menimpa TKW asal desa Gabel ini kini dalam penanganan pihak SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) cabang Ponorogo salah satu lembaga sosial yang peduli terhadap para TKI. Pihak SBMI segera menindaklanjuti hal ini dengan mengunjungi keluarga Vety dan Suwarni di Gabel. “Kita akan mengkoordinasikan hal ini dengan lembaga Home yang mengurus kepulangan Vety. Semoga kita dapat mengurus hak-haknya yang belum dibayarkan,” tutur Lilik Ernawati ketua divisi advokasi SBMI Ponorogo.

Sementara itu pihak Dinsosnakertrans mengaku belum mendapat laporan terkait kasus ini.

Himpitan ekonomi sering menjadi alasan bagi para TKW untuk bekerja ke luar negeri. Namun sering kali mereka menjadi korban oknum-oknum tidak bertanggungjawab. Iming-iming uang dan kemewahan membuat mereka mengabaikan keselamatan diri mereka sendiri. Seringkali pemalsuan data terjadi seperti umur yang dituakan. Kasus Vety tentu patut dijadikan pelajaran. Dia berangkat ke Singapura di usia dini bahkan baru saja lulus SMK. Anak usia 20 tahun tentu belum tahu bagaimana kerasnya berjuang di negeri orang. Bayangan kerja yang enak dan punya duit banyak itu yang ada di benaknya. Sehingga saat mengalami tekanan keadaan saat kerja di negri orang jiwa terguncang hingga mengalami depresi. Tentunya kita berharap agar kasus serupa tidak akan menimpa para pejuang devisa di negara kita. (Anny/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim