Cuaca Ekstrem, Pacitan Datangkan Ikan Luar Daerah

Cuaca Ekstrem, Pacitan Datangkan Ikan Luar Daerah

TerasJatim.com, Pacitan – Cuaca ekstrem yang melanda perairan laut Selatan Jawa dalam sepekan terakhir, memaksa nelayan di Pacitan, Jatim, libur melaut. Imbasnya, pasokan ikan di pasar berkurang yang membuat para pedagang mendatangkan dari luar daerah.

Imbas lain, harga ikan di pasar mulai terkerek naik. Kenaikan itu mulai Rp3.000 hingga Rp7.000 dari harga normal. Bahkan, naiknya harga tersebut hampir terjadi pada semua jenis ikan laut, seperti halnya di Pasar Arjowinangun, Pacitan.

“Ikan bandeng, banyar, salem, layur dan sejumlah jenis ikan laut lainnya naik harganya. Ya hampir semua jenis ikan,” kata Sri Purwati (55), pedagang di pasar setempat, Rabu (29/06/2022).

Sri menerangkan, sejumlah ikan yang mengalami kenaikan harga diantaranya yakni ikan layur, semula Rp15.000 per kilogram kini sudah mencapai Rp22.000. Kemudian ikan bandeng, semula Rp17.000 per kilogram kini naik menjadi Rp21.000. “Ikan banyar juga naik, harga sebelumnya Rp15.000, kini sudah Rp18.000 per kilogramnya,” imbuhnya.

Terpisah, Peni Rianti (42), pedagang ikan lainnya di Pasar Arjowinangun mengatakan, meski harga ikan laut mengalami kenaikan, hal itu tidak berpengaruh pada penjualannya. “Kalau daya beli masyarakat stabil, meskipun harus mengurangi jumlah porsi pembelian,” katanya.

Di samping itu, lanjut dia, ada beberapa jenis ikan yang kosong dan stok berkurang, diantaranya seperti ikan dorang, makarel, keting, kakap merah, bromo, kelong, tengiri dan ikan tuna.

“Meskipun ada, tapi pasokannya kurang dibanding hari biasanya. Jika sebelumnya pedagang dapat pasokan 20 kilogram, karena faktor cuaca itu kini pedagang hanya dapat pasokan 15 kilogram, untuk setiap jenis ikan,” terang Peni.

Kurangnya pasokan ikan tersebut, kata dia, tak sedikit membuat para pedagang di pasar yang sudi mendatangkan ikan dari luar Pacitan. “Untuk saat ini pedagang lebih banyak mendatangkan ikan dari luar daerah karena pasokan ikan dari nelayan Pacitan berkurang,” imbuhnya, tanpa menyebut dari daerah mana ikan itu didatangkan.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem di wilayah laut Selatan Jawa, akan terjadi hingga sepekan ke depan. Kondisi tersebut sangat berisiko jika melakukan aktivitas laut atau berlayar.

“Gelombang tinggi di tengah laut capai 5-6 meter. Kecepatan angin berkisar 10-11 kilometer per jam. Jika dipaksakan berlayar, kondisi seperti ini sangat berisiko tinggi bagi keselamatan nelayan,” terang Sukardi (38), salah satu nelayan di dermaga Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan, Pacitan, Rabu siang.

Selain memilih tidak melaut, kata dia, puluhan nelayan andon asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang melaut di perairan Pacitan, bahkan memilih kembali ke kampung halaman dan balik ke Pacitan ketika cuaca sudah membaik.

“Karena cuaca buruk, ada sekitar 41 orang nelayan asal Pekalongan sudah pulang kampung terlebih dahulu. Kalau cuaca sudah membaik, ya balik lagi ke sini (Pacitan),” katanya.

Sementara, Petugas Keamanan Laut Terpadu (Kamladu), PPP Tamperan, Bripka Handoko, membenarkan jika cuaca buruk di laut Selatan Jawa hingga saat ini masih terjadi. Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada para nelayan untuk sementara waktu tidak melakukan aktivitas laut.

“Kami sudah memberikan peringatan dan imbauan kepada nelayan, agar sementara waktu tidak melaut. Warga juga diminta mengurangi aktifitas di perairan laut Selatan, karena sangat berisiko. Mengingat, terjangan gelombang tinggi dan arusnya sangat deras. Sewaktu-waktu dapat terjadi dan tidak diketahui datangnya,” urai Handoko, menambahkan. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim