Cerdas Lihat Peluang, Pria asal Sampang Bojonegoro Jualan Nasi Jrintil

Cerdas Lihat Peluang, Pria asal Sampang Bojonegoro Jualan Nasi Jrintil

TerasJatim.com, Bojonegoro – Sudah sebulan ini Sugianto (26), pria warga Sampang Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro Jatim ini berjualan nasi Jrintil atau nasi Tiwul lauk ikan asin, menu khas pedesaan. Menu tersebut dijual dengan harga Rp3 ribu rupiah perbungkusnya.

Gik, sapaan akrabnya, mulai berjualan pada pukul 8 pagi dengan menggunakan sepeda motor dan membawa keranjang bekas plus ada embel-embel tulisan kertas sebagai penanda dagangannya.

Ia setiap harinya berangkat dari rumahnya dengan waktu tempuh sekitar 25 menit dari Kota Bojonegoro. Dia cukup menunggu orderan dari aplikasi WhatsApp, karena sebelumnya ia sudah memasarkan dagangannya melalui grup Facebook.

“Terpaksa pakai kertas ini untuk tulisan barang jualan. Awal-awal pakai banner kecil tapi “ngelebat” ketiup angin pas perjalanan,” ujarnya mengenang, Minggu (26/08)9 .

Bapak satu anak berbadan tambun ini tak ambil pusing dengan presentasi atau kemasan dagangannya, sebagaimana konsep marketing yang selama ini diagung-agungkan.

Buktinya, setiap hari dagangannya hampir selalu ludes diburu pembeli. Ia tak ambil pusing dengan berapapun orderan dari pembeli, selama tidak jauh dari wilayah kota, ia siap antar, sesuai slogannya, “prei wong ruwet”.

Tak hanya nasi Jrintil, Gik juga menyediakan menu nasi jagung goreng, nasi jagung lodeh atau ditambah oseng ikan asin, untuk memenuhi permintaan pelanggan.

“Biasanya sih kalau pengen request misal ditambah lodeh ikan atau lainnya, pembeli bisa pesen sehari sebelumnya, berapapun, apapun siap diantar,” ucapnya lantang dengan semangat untuk menghidupi keluarga.

Sebelum jualan nasi khas ndesoh ini, Gik berprofesi sebagai kurir yang hari-harinya dihabiskan di jalanan untuk mengirim barang.

Namun ketika ia akan dipindah yang lokasi kerjanya cukup jauh dari Bojonegoro, ia memilih resign dan melanjutkan bisnis martabak yang jadi sambilannya di kala sore hore.

“Kalau untuk jualan, setelah lulus sekolah saya sudah mulai jualan martabak, es dan lainnya. Makanya sekarang kalau kembali jualan ya sudah gak ada masalah,” ujar penggemar klub sepak bola asal Italia, Juventus tersebut.

Gik mengaku, setiap hari bisa menjual 50 sampai 100 bungkus nasi Jrintil. Namun jika sedang sepi, ia biasanya hanya mampu melepas 30 bungkus.

Menu nasi Jrintil ini bermula saat keluarganya panen singkong. Namun karena suatu kendala singkong yang biasanya dijual ke tengkulak urung laku, maka dari situ ia memiliki ide bersama istrinya untuk menjual nasi Jrintil dan ditambah menu lain khas pedesaan seperti nasi jagung goreng.

“Mulai masak subuh, istri yang masak pakai kayu bakar biar rasanya makin khas ndeso-nya,” ungkapnya.

Dengan bekal bensin 20 ribu, ia mulai menjajakan dagangannya. “Untuk pendapatan ya Alhamdulillah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kalau dihitung-hitung yang saya dapatkan dari jualan malah lebih banyak dari pekerjaan lama,” tuturnya sumringah.

Suka dan duka selama berjualan nasi keliling ini juga sudah dirasakannya. Yakni pernah mengalami banner “ngelebat”, terus dagangan nasinya pernah “dicublesi” (tusuk-tusuk red) anak-anak kecil sampai muncrat.

“Pernah salah rumah saat kirim nasi, pernah juga harus nunggu sangat lama karena ternyata pembelinya bilang OTW kota tapi ternyata posisinya masih di rumah,” kenangnya.

Semuanya tak sedikitpun menjadikan ia mengeluh. Ia sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah perjuangan untuk keluarganya.

Selepas pulang jualan nasi, sore harinya ia sempatkan untuk jualan martabak dan terang bulan di dekat rumahnya. Tak ada sedikitpun rasa gengsi yang menyelimuti dirinya. Ia mengikhlaskan apa yang dilakukannya sebagai wujud tanggung jawab seorang kepala keluarga.

Dodolan sing penting budhal, payu ra payu urusan mburi. Mosok yo ape ra enek sing nyantol?,” pungkasnya. (Liq/Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim