Cambuk Berdarah di Tradisi Tiban

Cambuk Berdarah di Tradisi Tiban

TerasJatim.com, Blitar – Beginilah tradisi tiban cambuk berdarah yang digelar oleh warga Desa Sekardangan Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Musim kemarau yang berkepanjangan, membuat seluruh warga desa berkumpul dan menggelar tradisi tiban, sebagai ritual meminta hujan. Tradisi tiban ini dilakukan dengan cara, dua pemain saling cambuk bergantian dari lidi yang dianyam.

Tradisi tiban ini, hanya diikuti kaum lelaki baik tua maupun muda. Agar tidak menjurus pada perkelahian dan mencambuk sembarangan, tradisi ini dipimpin oleh beberapa orang wasit.

Tradisi tiban ini sendiri, dimainkan oleh dua orang yang saling berhadapan dan bertelanjang dada, dan diiringi musik gamelan jawa serta di atur oleh palandang atau wasit pertandingan. Setiap pemain tiban, masing-masing hanya punya kesempatan mencambuk lawannya sebanyak tiga kali secara bergantian pada tubuh lawan, dan tidak boleh ke kepala maupun kemaluan.

Para peserta mengaku, tidak mempunyai ritual khusus untuk mengikuti tradisi tiban. Namun yang paling diperhatikan adalah teori dan mental. Meski banyak luka yang tergores ditubuh pemain akibat terkena cambuk, namun pemain tidak merasakan sakit. Justru mereka berkeyakinan, semakin banyak goresan luka dan darah yang mengucur, maka diyakini hujan akan semakin cepat turun. ”tidak ada persiapan tertentu saat akan mengikuti tiban, dan saat terkena cambuk pemain lawan, juga tidak terasa sakit” ujar Edi Embing, peserta asal Desa Maliran.

Menurut ketua panitia, selain untuk melestarikan budaya seni warisan leluluhur, tradisi tiban ini sengaja diadakan untuk meminta hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena sudah sembilan bulan terakhir ini, sawah di Wilayah Kecamatan Kanigoro mengering dan tidak dapat ditanami. ”Untuk menguri-uri budaya warisan leluhur, dan juga kita meyakini dengan diadakannya tradisi ini hujan akan segera turun”, terang Sudarno, ketua panitia tradisi tiban.

Tradisi tiban ini merupakan tradisi peninggalan nenek moyang masyarakat Blitar sejak ratusan tahun yang lalu untuk memohon hujan. Tradisi tiban ini, juga menjadi agenda rutin warga desa, jika musim kemarau panjang dan belum juga turun hujan. Kini selain sebagai sebuah tradisi, cambuk tiban berdarah ini juga menjadi hiburan bagi warga sekitar. (Aji/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim