Berguru Mengolah Kardus Jadi Pakan Ternak, Mahasiswa UGM Serbu Desa Tulakan Pacitan

Berguru Mengolah Kardus Jadi Pakan Ternak, Mahasiswa UGM Serbu Desa Tulakan Pacitan

TerasJatim.com, Pacitan – Sejumlah mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ploso, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, menemui Akhmad Ikhsan, warga RT02/RW03 Dusun Dlopo, Desa/Kecamatan Tulakan Pacitan.

Kedatangan mereka, tidak lain guna menimba ilmu, terutama dalam hal mengolah limbah organik untuk dijadikan pakan ternak dengan cara fermentasi.

Seperti diketahui, Akhmad Ikhsan atau biasa dipanggil Pak Ikhsan ini, merupakan salah satu peternak di Tulakan Pacitan yang sudah 5 tahun lebih menerapkan cara fermentasi dalam menggemukkan ternaknya. Sehingga, keberadaannya pun banyak dicari orang. Termasuk, mahasiswa UGM yang sedang KKN di Desa Ploso, Punung.

Rafaela, salah satu mahasiswi UGM yang datang dan melakukan praktik pembuatan fermentasi itu menceritakan, di wilayah tempat KKN tersebut hampir seluruh warga memiliki hewan ternak, baik kambing maupun sapi.

Menurut sepengetahuannya, warga dalam memberikan pakan hanya rumput dan jerami, seperti pada umumnya. Namun, problem pun muncul ketika musim kemarau tiba yakni hijauan pakan ternak sudah mulai sulit dicari.

Berawal dari persoalan itu, warga di wilayah tempatnya KKN meminta bantuan solusi terkait alternatif lainnya untuk dijadikan pakan ternak yang cocok disaat musim kemarau tiba.

“Kemarin itu, permasalahan yang diungkapkan Pak Kepala Dusun di sana yaitu kesulitan warga dalam mencari pakan ternak. Karena selama ini warga belum memanfaatkan alternatif lain untuk dijadikan pakan, kemudian Pak Kadus minta tolong kami untuk membantu memberikan solusi dan akhirnya ya ketemu Pak Ikhsan ini dengan fermentasinya,” ujarnya, di sela-sela melakukan praktik fermentasi, Jumat (12/07/19).

Ditanya awal mula bagaimana mengetahui keberadaan Pak Ikhsan, Rafaela mengatakan hanya melaui browsing di internet dan menemukan pemberitaan dari sejumlah media online yang membahas terkait fermentasi untuk pakan ternak.

Menurutnya, dari sejumlah pemberitaan tersebut yang membuat menarik dan baru didengar yakni kardus bekas yang bisa diolah jadi pakan ternak. Dari ketertarikannya itu selain bisa menjadi solusi untuk pakan ternak saat kemarau, juga menambah wawasan pengetahuan tersendiri. Terlebih, Pak Ikhsan pun memberikan ilmunya secara cuma-cuma.

Kemudian, pada Kamis (11/07/19) sejumlah mahasiswa tersebut mencoba mendatangi Pak Ikhsan, untuk belajar dan akan diterapkan ke sejumlah petani peternak di lokasi tempat KKN mereka.

“Tahunya Pak Ikhsan ya dari media online. Baru dengar ternyata kardus bisa dijadikan pakan ternak, kebanyakan kardus bekas dijual lagi. Dari kemarin kami ke sini dan hari ini diajak praktik langsung, ya tentunya sudah ada gambaran setelah praktik untuk diterapkan di tempat KKN,” ungkapnya.

Senada, Mona, mahasiswi UGM asal Wonosobo Jateng ini juga mengaku sebelumnya belum pernah mendengar bahwa bahan dari kertas ataupun kardus bisa diolah untuk dijadikan pakan ternak. Karena sepengetahuannya, untuk pakan ternak seperti kambing dan sapi hanya rumput dan jerami.

“Kebanyakan yang saya dengar itu untuk pakan ternak kambing, sapi ya pakannya jerami, rumput. Sedangkan kardus pun sebenarnya juga termasuk limbah organik tapi baru dengar ini bisa diolah dijadikan pakan ternak,” kata perempuan yang mengambil jurusan Kimia di UGM ini.

Menurut Mona, yang membuatnya tertarik dari fermentasi itu terutama dalam hal pengolahan limbah. Selain dapat digunakan untuk pakan ternak, menurutnya juga dapat dijadikan bahan yang memiliki nilai ekonomi.

“Karena basis saya bukan peternakan dan kurang tahu makanan yang bagus untuk ternak itu seperti apa. Jadi, saya lebih tertariknya ke pengolahan limbahnya itu, karena dari pengolahan limbah itu bisa memacu dijadikan sebagai bahan yang memiliki nilai jual,” imbuhnya.

Sementara itu, Akhmad Ikhsan sangat mengapresiasi dan mengaku sempat kaget ketika didatangi sejumlah mahasiswi itu. “Kemarin pas datang ke rumah itu saya kaget saja, kok ada anak UGM ke sini mau belajar. Setelah saya tanya-tanya itu ada yang dari jurusan kimia, teknik kimia, kehutanan, ternyata ya nyambung dan saya salut saja. Harapan saya ya seperti ini anak muda mau belajar,” ujarnya.

Pria 54 tahun ini mengungkapkan, kebanyakan yang mau belajar fermentasi justru orang dari luar daerah, bahkan jadwalnya ke luar kota pun hingga akhir Oktober 2019 sudah padat. “Terakhir nanti Oktober jadwal saya di STIKES Mojokerto dan STIKES Jombang. Yang jauh saja mau belajar kenapa yang dekat tidak mau,” katanya.

Padahal, lanjut bapak 3 anak ini, pakan ternak dengan cara fermentasi selain cukup efisien, murah dan mudah, juga cocok diterapkan di Pacitan. Mengingat pada musim kemarau hijauan pakan ternak banyak yang mengering.

“Yang menjadi keluhan peternak saat kemarau itu biasanya rumput susah, kalau beli harga mahal. Lha dari pada beli, solusi yang tepat kan ya ini (fermentasi), murah, mudah dan cocok di Pacitan, ‘penake jarang ngarit’ (enaknya jarang mencari rumput),” imbuhnya.

Meski demikian, sosok pria yang merupakan pensiunan PNS yang dulunya sebagai mantri kesehatan di salah satu Puskesmas yang ada di Pacitan ini berharap, apa yang dilakukannya dalam menggemukkan ternak-ternaknya itu dapat ditiru oleh semua orang. (Git/Kta/Red/TJ/Adv)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim