Banjir Surut, Petani Bojonegoro ‘Balapan Nge-Dos’

Banjir Surut, Petani Bojonegoro ‘Balapan Nge-Dos’

TerasJatim.com, Bojonegoro – Surutnya banjir di wilayah bantaran sungai Bengawan Solo sejak kemarin malam, membuat ratusan petani di Bojonegoro Jawa Timur berlomba turun ke sawah guna memotong tanaman padi yang sempat terendam air sejak Senin malam (08/02) lalu.

Mereka harus adu cepat dengan luapan air yang diprediksi kembali meningkat.

Sesuai informasi dari BPBD Bojonegoro, setidaknya ada 11 kecamatan di kabupaten penghasil migas tersebut yang terdampak luapan Bengawan Solo.

Akibatnya, ratusan hektar tanaman padi jelang panen terendam, bahkan tenggelam. Yang terparah di Kecamatan Kanor dan Baureno.

“Mumpung banjirnya mundur makanya kita ngoyo memotong sekaligus merontokkan padi yang sempat terendam, balap-balapan dengan banjir, masio regane anjlok Rp 3800/kg, tetap Alhamdulillah,” tutur Setiawan, salah satu pengusaha areal di tengah kesibukannya mengatur pekerja yang merontokkan padi dengan mesin grantek dan dos.

Menariknya, proses perontokan padi yang sejatinya belum siap betul dipanen itu dilakukan di sepanjang jalan poros desa yang menghubungkan Lebaksari-Trojalu. Mereka terlihat seolah sedang menggelar festival budaya.

Kurang lebih 1,5 kilometer panjang jalan dipenuhi “pengedos” padi yang riuh rendah.

Jamil, warga Dusun Mranten Desa Lebaksari mengatakan, meski sudah mengontrak tukang ngedos dari luar desanya, ia bersama seluruh keluarganya rela ikut pontang-panting memotong padi.

Menurutnya, hal itu dilakukan supaya padinya selamat. “Ngoyo kanggo mbalikno modal sing wes nyemplung sawah, nek ra ngewangi ngedos selak banyune mundak, bahaya,” ungkapnya sambil terus ngusung padi ke dekat mesin perontok.

Meski banjir mengalami penurunan di daerah hulu, di Desa Tanggungan dan Kalisari, Baureno, yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Lamongan, air seolah kerasan menenggelamkan tanaman padi di persawahan.

Bahkan Susanto, Kades Tanggungan mengaku, di desanya sama sekali belum ada warganya yang memanen padi. Hal itu disebabkan saat penananan terbilang paling belakang dibanding desa-desa pertanian areal-an lainnya.

Blas belum panen, lha wong tandure kari dewe, padinya masih terlalu muda. Warga saya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga banjir segera surut,” ungkapnya dengan berharap.

Sementara itu, hingga banjir luapan air Bengawan Solo ini surut, warga mengaku belum ada bantuan dari pihak pemerintah maupun yang lainnya.

Padahal sejatinya tak sedikit warga yang rumahnya terendam banjir dan mengungsi. Tak sedikit pula yang mulai mengalami gatal-gatal akibat bakteri yang terbawa banjir. (Saiq/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim