Awas! Kasus Bakteri Kencing Tikus di Pacitan Melonjak 3 Kali Lipat

Awas! Kasus Bakteri Kencing Tikus di Pacitan Melonjak 3 Kali Lipat

TerasJatim.com, Pacitan – Infeksi bakteri Leptospira yang disebut-sebut berasal dari kencing tikus, kini sedang merebak di Pacitan, Jatim. Kasus di kabupaten ini mencuat lebih awal, dibanding tahun sebelumnya.

Fenomena tersebut ditemukan mulai pertengahan bulan Februari 2023, di Kecamatan Nawangan. Dibanding 2022 lalu, munculnya Leptospirosis di Kota 1001 gua ini maju 2 bulan, dengan jumlah kasus yang hampir sepadan.

“Jumlah hampir sama, cuma tahun ini lebih maju. Tahun 2022 itu dimulai bulan April, di wilayah Puskesmas Ketrowonojoyo dan Kebonagung. Jadi ini (Leptospirosis) maju, mulai pertengahan Februari 2023 sudah muncul,” terang drg Nur Farida, Kepala Bidang Pencegahan dan pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Pacitan, Kamis (02/03/2023).

Hingga awal Maret ini, angka kasus Leptospirosis di Pacitan nyaris tembus 100 orang dinyatakan positif terpapar bakteri Leptospira. Jika dilihat dari jumlah pada sepekan lalu, kasus ini mengalami tren kenaikan hingga 3 kali lipat.

Dinkes setempat mencatat, angka kematian dari kasus ini terdapat 3, yakni di Kecamatan Nawangan. Di samping itu, ratusan warga juga terdeteksi suspect atau memiliki gejala yang mirip dengan Leptospirosis.

“Total positif 99 se Kabupaten Pacitan. Meninggal 3. Kalau yang di Sudimoro itu, dia (meninggal) diperparah kasus diare. Kena diare dulu. Satu orang,” katanya.

“Jadi, kasus kematian (6) itu belum terdiagnosa akhir. Belum diketahui karena apa. Yang jelas 3 (meninggal) di Nawangan. Itupun ditambah ada kasus demam berdarahnya, dan juga usia lanjut,” sambung Farida.

Dari jumlah angka positif Leptospira ini, 3 orang di antaranya kini menjalani perawatan di RSUD setempat. Mereka berasal dari 3 kecamatan di Pacitan. Sedangkan puluhan orang lainnya dirawat di puskesmas wilayah. “Yang dirawat di rumah sakit 3. Ada rujukan dari Puskesmas Sudimoro, Ngadirojo dan Nawangan,” ujarnya.

Pacitan Wilayah Barat Nihil Kasus

Sebarannya kasus Leptospirosis di Pacitan ini hanya menyentuh di wilayah Utara dan Timur. Sedangkan untuk wilayah Barat meliputi Kecamatan Pringkuku, Punung dan Donorojo, sejauh ini nihil temuan kasus tersebut.

“Yang sering itu di wilayah Timur dari dulu. Biasanya meningkat di musim hujan, musim panen. Cuma masyarakatnya sudah aware (menyadari), jadi tidak sampai ada kasus kematian,” urainya.

“Yang jelas wilayah Barat bersih. Tidak ada kasus (leptospirosis),” lanjut dia.

Meski nol kasus, kata Farida, kewaspadaan akan ancaman infeksi bakteri Leptospira ini, tetap harus ditingkatkan di seluruh wilayah. Terlebih, saat ini musim panen dan hujan masih rutin membasuh bumi Pacitan.

“Sebenarnya tidak full di Nawangan, tapi banyak juga di wilayah Timur. Karena di sana (Nawangan) ketepatan ada kasus kematian, jadi fokusnya di sana. Jadi menurut saya, semua wilayah di Kabupaten Pacitan harus waspada,” jelasnya.

Sedangkan untuk penanganan, pihak dinkes sendiri sudah mengambil beberapa langkah. Mereka juga sudah turun langsung ke lapangan, terutama di daerah endemis.

Di samping itu, kerjasama dengan lintas sektor juga telah dilakukan. Meningkatkan pola hidup bersih kepada masyarakat, dan menurunkan populasi tikus, jadi rujukan untuk digaungkan. Bahkan, alat deteksi dini juga sudah siap bekerja.

“Kita juga siap logistik. Puskesmas dan RSUD siap logistik untuk pemeriksaan tes cepat deteksi dini Lepto. Rapid Lepto siap. Jadi, dengan lebih cepat mendeteksi dini, pengobatannya akan lebih optimal,” imbuhnya.

Ancaman Lepto, Dewan Minta Agar Diwaspadai

Wabah Leptospirosis yang telah merenggut nyawa warga Pacitan ini juga menjadi keprihatinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pacitan. Dewan berharap, dinkes setempat bergerak cepat untuk pencegahan dan penanganan terhadap kasus tersebut.

“Yang terpenting pencegahan untuk penyakit itu sendiri,” ujar Ronny Wahyono, Ketua DPRD Pacitan, Kamis siang.

Pihaknya sepakat, bahwa ancaman akan wabah itu juga harus menjadi kewaspadaan bagi masyarakat, sehingga sosialisasi penting untuk disampaikan guna mencegah, atau setidaknya dapat meminimalisir penambahan dari jumlah kasus.

“Kemudian sosialisasi kepada masyarakat, agar diwaspadai dengan adanya wabah tersebut,” katanya.

DPRD, kata Ronny, dalam waktu dekat juga akan segera turun ke lapangan, baik di wilayah endemis maupun wilayah lainnya, guna mengecek dan mengetahui secara langsung kondisi masyarakat atau keadaan yang sebenarnya.

“Komisi II segera ke lapangan. Mungkin jika ada hal-hal yang kurang pas, monggo disampaikan kepada kami. Insya Allah kami akan menampung, dan berusaha agar masyarakat tetap sehat,” imbuhnya.

BACA: https://www.terasjatim.com/waspada-bakteri-kencing-tikus-renggut-nyawa-3-warga-pacitan/

Seperti apakah ancaman Lepto? Dikutip TerasJatim.com dari Alodokter, Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.

Adapun gejala yang ditimbulkan, Leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Jika tidak diobati dengan tepat, Leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.

Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti luka lecet, maupun luka besar seperti luka robek. Bakteri ini juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim