Angka Perceraian di Banyuwangi Tinggi, Ini Penyebabnya

Angka Perceraian di Banyuwangi Tinggi, Ini Penyebabnya

TerasJatim.com, Surabaya – Tim riset asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, baru saja menggelar penelitian di Kabupaten Banyuwangi Jatim. Kelompok yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tersebut, berusaha menggali penyebab tingginya perceraian di wilayah Sunrise of Java itu.

Ketua Tim sekaligus Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA), Firrial Eksa Maulidania Putri mengatakan, jika tingginya angka perceraian yang merata di wilayah pedesaan dan perkotaan Banyuwangi, menjadi latar belakang pihaknya melakukan riset tersebut.

“Kami ingin melihat apakah terdapat konstruksi sosial masyarakat yang berbeda antara kedua wilayah tersebut, karena memiliki angka perceraian yang tinggi,” terangnya, Senin (23/10/2023).

Dalam riset itu, kata Firrial, timnya mengambil 2 wilayah yang menjadi sampel penelitian. Wilayah pertama adalah Kecamatan Genteng sebagai representasi perkotaan, dan yang kedua adalah Kecamatan Muncar sebagai representasi pedesaan.

Dia menambahkan, riset tentang konstruksi sosial masyarakat pedesaan dengan perkotaan terkait perceraian masih belum ada. Akhirnya, tim di bawah bimbingan Syifa’ul Lailiyah itu melakukan penelitian dasar dengan mengkhususkannya pada Kabupaten Banyuwangi.

Firrial mengaku, bersama anggota timnya, yakni Ghani Armando, Dimas Ahmad Nurullah Subekti, dan Mohamad Devan Tri Oktavadhan, selanjutnya melakukan riset lapangan. Hasilnya, tim menemukan perbedaan konstruksi sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan Banyuwangi mengenai keluarga berencana terhadap perceraian.

“Di mana stigma masyarakat pedesaan mengenai perceraian cenderung karena adanya praktik patriarki dan pernikahan sebagai fungsi reproduksi. Pada wilayah perkotaan, stigma perceraian erat kaitannya dengan masalah finansial,” ungkap Firrial.

Dari risetnya, satu luaran yang mereka bangun dan dapat berdampak positif bagi masyarakat adalah policy brief atau ringkasan kebijakan. Meski masyarakat tidak langsung merasakannya, ringkasan tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil tindakan penyelesaian permasalahan.

“Secara tidak langsung, luaran tambahan berupa policy brief akan memberikan pandangan baru mengenai perceraian. Menerapkan policy brief berpotensi menekan angka kasus perceraian, serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga,” lanjut Firrial.

Saat ini, sambung dia, hasil penelitian yang dikerjakan telah diunggah di media jurnal ilmiah. Selain itu, para mahasiswa ini juga telah menyerahkan ringkasan hasil penelitannya pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Genteng dan Muncar, serta ke pihak terkait lainnya.

“Untuk saat ini kami telah submit artikel ilmiah di National Public Health Journal yang terindeks SINTA 1. Kami juga telah menyerahkan policy brief kepada pihak KUA Muncar dan Genteng,” kata Firrial

“Untuk rencana tindak lanjut, sambungnya, pihaknya akan menyerahkan policy brief kepada Pengadilan Agama (PA) Banyuwangi dan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Banyuwangi, serta menyelesaikan laporan akhir. (Jnr/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim