19 Penderita HIV/AIDS di Ponorogo Meninggal di Tahun 2015

19 Penderita HIV/AIDS di Ponorogo Meninggal di Tahun 2015

TerasJatim.com, Ponorogo – HIV/AIDS masih menjadi PR tersendiri bagi pemerintahan di berbagai daerah termasuk di Ponorogo Jawa Timur. Di kota reog ini kasus HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun.

Hal ini dipicu adanya perubahan gaya hidup dan kemajuan tehnologi, serta banyaknya warga Ponorogo yang pergi bekerja ke luar negeri menjadi pemicu tingginya kasus ini.

Di Kabupaten Ponorogo tercatat 87 kasus HIV/AIDS di tahun 2014 sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 97 kasus, dengan 19 orang meninggal.

“HIV/AIDS itu bagaikan fenomena gunung es, dan yang nampak hanya sebagian kecil saja. Padahal sesungguhnya masih banyak yang belum terungkap. Mungkin di sejumlah daerah yang belum ditemukan juga ada kasus HIV. Maka kita terus melakukan berbagai upaya agar masyarakat semakin terbuka dan memahami tentang apa itu HIV/AIDS, bagaimana cara penularan dan pencegahannya,“ terang Vitson Suisno Plt. Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo.

Vitson menambahkan, dengan ditemukannya lebih banyak kasus tersebut, hal ini menunjukkan bahwa surveilans epidemilogi berjalan dengan baik. Lebih cepat terdeteksi maka bisa dilakukan treatmen yang tepat.

Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam hal ini Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai langkah untuk penanganan kasus HIV/AIDS. Yakni melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan populasi kunci (waria) dan eks lokalisasi.

Pengambilan sampling darah untuk diperiksa dan ada berapa yang positif, pemetaan lokasi di beberapa tempat yang gejalanya kurang bagus serta pemantauan lokasi beresiko seperti warung remang-remang.

“Di setiap Puskesmas bisa melakukan konseling namun untuk testing sementara hanya bisa dilakukan di Puskesmas yang ada tenaga laboratorium. 26 Puskesmas di Ponorogo ini sudah bisa melakukan test HIV/AIDS karena pemkab juga mensuplai Reagen (Reaktan) untuk kepentingan ini,“ imbuh Vitson.

Selain itu pihaknya juga selalu mendampingi para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) karena pengobatan untuk mereka butuh waktu yang lama dan telaten secara terus menerus.

“Kami berharap agar masyarakat lebih paham bahwa ada program pengendalian penyakit menular untuk HIV. Sehingga bisa mencegah terjadinya penularan. Kami juga menghimbau kepada masyarakat untuk dapat menerima ODHA, jangan ada stigma dan diskriminasi kepada mereka. Karena yang mesti dijauhi adalah virusnya bukan penderitanya,“ pungkas Vitson. (Anny/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim