14 Kecamatan di Wilayah Kabupaten Blitar Endemik Difteri

14 Kecamatan di Wilayah Kabupaten Blitar Endemik Difteri

TerasJatim.com, Blitar – Sebanyak 14 kecamatan di wilayah Kabupaten Blitar Jawa Timur, dinyatakan sebagai endemik difteri. Hal ini dikarenakan telah ditemukan 56 kasus selama 10 bulan terakhir.

Bahkan pada pekan lalu, 2 orang yang positif pengidap difteri meninggal dunia dalam waktu hampir bersamaan. Satu pasien merupakan warga Kecamatan Garum yang berusia 67 tahun, satunya lagi balita berusia 5 tahun yang merupakan warga Kecamatan Wates.

Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mencatat, ada kenaikan jumlah kasus yang cukup tinggi dibandingkan tahun lalu. Jika pada 2015 ada 44 kasus dalam satu tahun, namun di 2016 ini, hanya dalam kurun waktu 4 bulan, yakni dari Januari- April sudah ada 44 kasus.

Kabid Penanggulangan Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, dr Christine Indrawati mengatakan, Pemprov Jatim sejak tahun 2014 sudah menyatakan wilayah Kabupaten Blitar masuk kategori wilayah dengan endemis difteri yang cukup tinggi.

“Dari 22 kecamatan di Kabupaten Blitar ini, hanya 8 kecamatan saja yang bebas difteri. Sementara kecamatan lainnya tercatat ada kasus difteri,” katanya, Rabu siang.

Kecamatan yang termasuk bebas difteri adalah Selopuro, Selorejo, Panggungrejo, Bakung, Wonotirto, Gandusari, Doko, dan Kademangan.

Kalau dilihat dari daerah yang bebas difteri itu, menurut dr Christine, masyarakat yang tinggal di wilayah dengan mobilitas tinggi dan permukiman padat penduduk ternyata lebih rentan tertular difteri. “Sampai saat ini kondisi terparah terjadi di Garum dengan 37 kasus dan Sanankulon dengan 32 kasus,” tambahnya.

Untuk mengurangi jumlah kasus difteri ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar sejak April melakukan Outbreak Respons Immunization (ORI) dengan memberikan imunisasi massal ke masyarakat yang berpotensi tertular difteri dilihat dari usia tertinggi penderita difteri di daerah itu

“Jadi begitu ada laporan masuk, misal warga Garum berusia 35 positif difteri, maka kami langsung memberikan imunisasi ke semua warga di situ yang berusia 0 sampai 35 tahun, ” paparnya.

Jadi semakin tinggi usia penderita difteri di suatu daerah, lanjut dr Christine, maka semakin banyak jumlah warga yang harus mendapatkan imunisasi.

Namun adanya keterbatasan stok pabrik yang disalurkan Pemprov Jatim, seringkali tidak semua usia rentan tertular difteri mendapatkan imunisasi. “Selama ini kami menyesuaikan jatah dari Pemprov, satu vial itu kan untuk 8 sasaran atau orang, nah kami berikan sesuai jumlah vial yang kami terima,” sa,numg Christine.

Diharapkan, dengan ORI ini bisa lebih efektif untuk menekan penularan difteri yang cenderung mengalami peningkatan saat musim hujan seperti sekarang ini.(Aji/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim