Tahun Ini, Petani Tembakau di Bojonegoro Bisa ‘Mesem Ngguyu’

Tahun Ini, Petani Tembakau di Bojonegoro Bisa ‘Mesem Ngguyu’

TerasJatim.com, Bojonegoro – Kali ini, petani tembakau di wilayah Kabupaten Bojonegoro Jatim, bisa ‘mesem ngguyu’ alias berbahagia. Pasalnya, harga tembakau rajang terbilang tinggi sejak petikan daun pertama atau yang lazim dikenal dengan istilah ‘gowok’an’.

M Suhud (47) petani tembakau asal Desa Woro Kecamatan Kepohbaru, mengaku baru musim kemarau tahun ini harga tembakau rajang langsung mahal sejak petikan daun gowok’an.

“Mahal sejak gowok’an Rp20 ribu/kg, petikan selanjutnya sudah tembus Rp27 ribu/kg. Para tengkulak bahkan berebut untuk mendapatkan tembakau dari petani,” ujarnya bahagia Jumat (15/09) lepas tengah malam, saat memantau tembakau rajangnya.

Salah satu sebab mahalnya harga tembakau, lanjutnya, sejatinya lantaran kelangkaan tanaman tembakau. Sebab beberapa tahun belakangan ini petani di sentra penghasil tembakau trauma dan beralih menanam palawija atau sayuran.

“Ya yang menanam tembakau kan sedikit. Hanya petani yang ‘wani perih’ saja yang nekat tanam tembakau. Maklum tembakau memang tidak ada standar harga yang jelas,” tukas pria yabg juga perangkat desa setempat itu geleng-geleng kepala saat mengingat kebangkrutannya tahun lalu.

Namun demikian, kebahagiaan petani itu berbanding terbalik dengan para tengkulak yang kini pontang-panting memburu tembakau yang terbilang langka tersebut. Tak jarang, untuk mendapatkan barang, tengkulak nekat membeli tembakau petani dengan harga lebih tinggi dari harga pabrik rokok yang dipasoknya.

“Nekat ae daripada tidak dapat memenuhi target di gudang. Yah tidak semua kita beli dengan harga di atas standar pabrik. Itu kan trik menguasai lokasi agar tidak ada tengkulak lain masuk,” ungkap David (32) salah satu tengkulak blak-blakan.

Ia menambahkan, saat ini harga tertinggi yang dipatok gudang baru di angka Rp25.500/kg, namun kenyataan di lapangan sudah tembus pada kisaran Rp27 ribu bahkan ada yang Rp28 ribu.

“Lhak edan toh, harga melampaui standar gudang kalau diteruskan bisa ‘torok’ (rugi bandar -red) dan nambah hutang seleher itu para tengkulak,” cetus dia berkelakar.

Pantauan TerasJatim.com di daerah penghasil tanaman tembakau Bojonegoro, yakni Kecamatan Sugihwaras, Kedungadem, Kepohbaru dan Sukosewu, diperkirakan mengalami penurunan hingga kisaran 60 persen. Penyebabnya karena para petani tembakau trauma dengan ketidakpastian harga.

“Tanam tembakau itu memang harus siap mental. Sebab, kalau pas harganya mahal daun tembakau itu bagaikan emas, tapi kalau pas lagi nggak laku ya jelas hutang makin dalam,” pungkasnya. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim