Siswa SMI Berdoa Untuk Korban Tragedi Paris-Perancis

Siswa SMI Berdoa Untuk Korban Tragedi Paris-Perancis

TerasJatim.com, Blitar – Puluhan siswa Sekolah Menulis Indonesia (SMI) menggelar doa bersama sebagai bentuk simpati  atas tragedi aksi terorisme di Paris Perancis, yang bertempat di kampus SMI kelurahan Kademangan Blitar.

Puluhan siswa tersebut menggelar doa sebelum pembelajaran dimulai dengan dipimpin oleh mentor kelas, Edward Gregorius Wawowalo.

“Teman-teman, seperti yang kita ketahui kemarin ada penembakan dan pengeboman di Paris Perancis. Ada korban tewas lebih dari 150 lebih. Oleh karenanya marilah kita menundukkan kepala mengheningkan cipta seraya berdo’a agar korban penembakan dan pengeboman di Paris Perancis mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan'” ucap Edward di hadapan siswa SMI.

Selama kurang lebih dua menit, seluruh siswa menundukkan kepala dan berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.  Nampak wajah kesedihan mendalam selama doa bersama ini digelar. Bahkan salah seorang siswa nampak sembab.

“Saya sangat bersedih atas apa yang terjadi Perancis. Sungguh di luar batas kemanusiaan. Apapun motifnya, menghilangkan nyawa orang lain adalah tindakan yang tidak bisa ditolerir. Kami mengutuk kejadian tersebut,” ungkap Fandria Aksioma, salah satu siswa SMI.

Masih menurut Fandria, bangsa Indonesia pernah merasakan hal yang sama yaitu menjadi korban terorisme. “Kebiadaban ini kami rasa tidak menusiawi. Indonesia pernah merasakan hal yang sama seperti Perancis. Semoga cepat diselesaikan dan kejadian serupa tidak terjadi lagi. Cukup bagi kami warga dunia menyaksikan kekerasan,” imbuhnya geram.

Sementara itu menurut Direktur SMI, Gatotkoco Suroso, doa bersama yang digelar siswa-siswinya merupakan spontanitas. “Tidak ada persiapan. Mereka yang berinisiatif setelah mendapatkan informasi dari media. Kami memang mewajibkan siswa kami untuk melihat perkembangan berita sehingga mereka segera tahu kejadian dari portal berita,” kata Gatotkoco kepada TerasJatim.com.

Siswa Sekolah Menulis Indonesia memang berasal dari latar belakang agama dan suku yang berbeda. Namun, masih menurut Gatotkoco, hal ini justru akan menunjukkan bahwa latar belakang apapun dapat hidup berdampingan dengan harmonis.

“Siswa kami banyak yang berbeda keyakinan. Justru ini menjadi cerminan bahwa kita bisa hidup dengan perbedaan. Tidak seperti kejadian di Perancis yang menunjukkan agama menjadi alasan pembenar tindakan teroris,” pungkas Gatotokoco. (Aji/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim