Selalu Diremehkan, Generasi Topeng Jatigui Terus Berinovasi

Selalu Diremehkan, Generasi Topeng Jatigui Terus Berinovasi

TerasJatim.com, Malang –  Seni tradisi adalah warisan leluhur yang harus terus tumbuh kembang dan dipertahankan oleh generasi muda. Dalam hal ini seni tradisi wayang topeng yang ada di Malang, Jawa Timur.

Kesenian topeng seakan mulai dilupakan oleh generasi muda. Seni tradisi yang kaya akan filsofi kemanuasian dan nilai-nilai kearifan lokal ini. kian di tinggalkan oleh masyarakat Malang.

“Kebanyakan anak sekarang lebih memilih kesenian manca negara dari pada kesenian topeng yang warisan leluhur” ujar Susilo Hadi (45), Ketua Grup Wayang Topeng Desa Jatigui, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang.

Kenyataan ini di ungkapkan Hadi kepada TerasJatim.com saat berkunjung ke rrumahnya, di jalan IR. Soekarno Simpang 4, RT 17/04, Jatigui. Dirinya melanjutkan, perkembangan dan kelangsungan kesenian, terutama kesenian tradisi memang tanggung jawab senimannya. Akan tetapi masyarakat dan pemerintah juga harus ikut andil.

Hadi yang sejak tahun 2010 menghidupkan kembali kesenian “warisan” dari leluhurnya ini mengucap syukur, karena masyarakat Jatigui masih mencintai kesenian yang khas dengan sendra tari ini.

Ditemani beberapa anggota wayang topeng, Hadi menceritakan perkembangan dan usaha masyarakat Jatigui untuk terus melestarikan kesenian topeng ini.

“Diera kakek saya Mbah Madyo, kesenian topeng Jatigui mengalami kejayaan, sekitar tahun 1950 an,” tuturnya.  Namun, di tahun 1975 kesenian topeng Jatigui mulai surut, dan kembali bergairah sejak dirinya dan beberapa teman yang peduli kesenian topeng mendirikan dan membangun grup topeng Jatigui.

Hadi yang masih sedarah dengan leluhur Topeng Senggreng (Mbah Seno), di percaya masyarakat untuk memimpin grup wayang topeng Desa Jatigui. “Kesenian bisa bertahan bila masyarakatnya mencintai kesenian, saya bersyukur disini generasi mudanya senang dan total masuk ke kesenian ini,” tuturnya.

Banyak kesenian serupa yang berada di daerah Malang lainya mengalami kemerosotan bahkan hilang. Ini lantaran tidak adanya regenerasi dan kepedulian masyarakat dimana kesenian itu tumbuh.

“Oleh karena itu butuh keiklasan dan jiwa social yang besar untuk membangkitkan kesenian ini,” imbuhnya.

Berbeda dengan daerah lain, dimana banyak sesepuh topeng yang kesulitan dalam regenerasi kesenian Malangan ini. Seperti daerah Pijiombo, Gunung Kawi dan Jabung. Di daerah ini sangat jarang anak muda yang berkesenian.

Hadi menuturkan jika para sesepuh topeng sampai mengeluarkan isi kantong sendiri untuk menjaring anak muda. “Sampai dibayarpun masih jarang yang mau latihan,” ungkap Hadi.

Kedekatan emosiaonal, dan menempatkan generasi muda sebagai teman yang juga sahabat, menjadi kunci dirinya berhasil dalam regenarasi kesenian topeng Jatigui. Dengan cara itu, menjadikan banyak anak muda yang ikut membangun bukan hanya sekedar mencintai.

“Banyak inovasi, dan ide-ide anak muda yang diaplikasikan untuk kesenian ini, lah kalau orang tua masa tahu pemikiran seperti itu,” ungkap dirinya yang menceritakan terobosan generasi muda Jatigui.

Terobosan kebudayaan yang dilakukan generasi Jatigui, tak lain adalah cara mengemas kesenian Topeng Malangan, agar lebih masuk ke jiwa generasi muda.

Derin (19), salah satu generasi muda dan sekaligus dalang Topeng Jatigui menjelaskan, bila dirinya dan teman sepantaran berusaha Desa Jatigui dikenal masyarakat luas. Di era digital dan mudahnya sarana informasi internet menjadi wahana anak-anak Jatigui menyerbarkan “semangat” berkesenian topeng.

“Selain menggarap tarian kita juga mengupload ke media sosial, seperti youtube,” terang mahasiswa Universitas Malang ini.

Hadi sebagai tetua Topeng Desa Jatigui merasa bangga dengan gagasan anak muda dalam mengembangkan kesenian topeng. Dirinya berharap ini bisa ditiru dan menjadi teladan generasi muda lainnya untuk lebih menghargai dan melestarikan kesenian asli Malang.

Keikhlasan, tidak ada sekat pembatas senior junior menjadikan kesenian topeng Jatigui kian berkembang. Meskipun masih gebyakan (tanggapan) di lingkungan sekitar desa, akan tetapi semangat kebersamaan antara anggota topeng dan masyarakat menjadikan sebuah kebanggan bersama. Selain kebanggan kepada generasi Jatigui, Hadi diakhir obrolan berharap kesenian topeng bisa lestari dan kembali menjadi kebanggaan warga Malang Raya, seperti dekade1950 hingga 1970-an.

Dirinya juga menghimbau agar sesama sepuh topeng malangan kembali bersatu dan saling mendukung grup topeng lainnya. “Kalau yang sudah besar ya jangan menjatuhkan kesenian lain, bantulah biar bisa sama-sama berkembang, toh semua juga buat kelestarian kesenian malangan, bukan buat perorangan,” pungkasnya. (Nas/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim