Sedekah Bumi, Budaya Adiluhung yang “Ternodai”

Sedekah Bumi, Budaya Adiluhung yang “Ternodai”

TerasJatim.com, Bojonegoro – Tradisi Sedekah Bumi atau Nyadran sebagai wujud rasa syukur masyarakat desa atas karunia Illahi merupakan tradisi baik peninggalan leluhur.

Namun demikian tak jarang nilai-nilai luhur itu ternodai oleh tindakan tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Lazimnya, pada setiap acara Sedekah Bumi, masyarakat desa akan mengadakan keramaian dengan menggelar langen tayub beksan atau wayangan semalam suntuk sebagai hiburan rakyat yang tengah bersuka cita.

Sayang, hampir di setiap perhelatan Sedekah Bumi atau Nyadran atau ada juga yang menyebut Manganan, nyaris selalu identik dengan warung remang-remang yang menyediakan minuman keras.

Tak sedikit pula, di perhelatan yang sejatinya merupakan realisasi rasa syukur kepada Sang Khaliq itu selalu diwarnai dengan praktik perjudian. Meski tidak semuanya, nyaris di setiap nyadranan akan selalu ada dua hal tersebut.

Nek gak ono warung remang-remang dan mainan (judi, red) ya nggak ramai bos,” ujar salah satu pengunjung di acara Nyadranan kawasan timur Bojonegoro, Sabtu (30/10).

Lebih disayangkan lagi, aparat kepolisian seolah tutup mata atas adanya perjudian yang bisa dibilang terang-terangan di setiap nyadranan tersebut.

Bahkan sejumlah informasi yang berhasil diperoleh menyebut adanya dugaan praktek kongkalikong tutup mata buka kantong antara bamdar judi dan aparat.

Ngunu iku yo setoran bos, makane aman-aman saja,” tandas sumber itu kepada TerasJatim.com. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim