Sebagaian Masyarakat Menolak Imunisasi, Penyakit Difteri di Jatim Masih Tinggi

Sebagaian Masyarakat Menolak Imunisasi, Penyakit Difteri di Jatim Masih Tinggi

TerasJatim.com, Surabaya – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah meminta masyarakat terutama anak pada usia 1-11 tahun untuk mengikuti imunisasi. Namun di lapangan sebagian masyarakat Jawa Timur menolak imunisasi karena dianggap mengandung babi dan hukumnya haram.

Dokter Spesialis Anak RSUD Dr Soetomo, Agus Hariyanto mengatakan, penolakan imunisasi oleh masyarakat jelas menghambat upaya preventif penyebaran penyakit difteri.

Warga Jawa Timur, terutama di kawasan Tapal Kuda meliputi Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi masih menilai imunisasi bertentangan dengan hukum agama.

“Di Jatim, difteri masih tinggi karena banyak yang tidak mau diimunisasi. Ada yang bilang mengandung babi. Itu tidak betul. Tapal Kuda tidak mau imunisasi, padahal kalau mau ke luar negeri diminta untuk memperlihatkan kartu imunisasi,” katanya, Jumat, (08/12).

Ia menjelaskan, pemerintah selalu menganjurkan masyarakat untuk melakukan langkah preventif dibandingkan kuratif. Hal tersebut karena pencegahan lebih baik daripada mengobati, terlebih biaya obat dan perawatan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Padahal imunisasi di Puskesmas gratis, murah,” urainya.

Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi mengingatkan, pentingnya mengikuti imunisasi lengkap dan mendukung Outbreak Response Immunization (ORI) yang diberikan Dinkes di kabupaten/kota masing-masing.

Masyarakat juga diminta untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menggunakan masker bila sedang batuk dan segera berobat ke pelayanan kesehatan terdekat.

“Jika anggota keluarganya ada yang mengalami demam disertai nyeri menelan, terutama jika didapatkan selaput putih keabuan di tenggorokan segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat,” ujar Oscar melalui rilisnya.

Terkait adanya penolakan terhadap imunisasi, Oscar berpendapat hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi dan kualitas layanan imunisasi yang baik sangat menentukan kekebalan tubuh dan keberhasilan pencegahan berbagai penyakit menular termasuk difteri.(Luk/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim