Rossi, Gas Pol Rem Pol

Rossi, Gas Pol Rem Pol

TerasJatim.com – Malam ini, saya sengaja sedikit melupakan urusan lainnya, dan mencoba fokus untuk mengakrabi channel tv. Sejak sebelum maghrib hingga saya tinggal untuk maghriban, tv sengaja tidak saya pindah channelnya, dan tetap di channel khusus Moto GP milik fox sport. Saya ingin melihat sekali lagi aksi pembalap kesukaan saya Valentino Rossi, di seri terakhir Moto GP 2015 ini.

Buat saya, seri terakhir kali ini hanya sebagai uji adrenalin saya semata. Sebab secara akal sehat, saya tidak yakin Rossi bisa melaju dan bisa finish pas di belakang Lorenzo. Sebab siapapun memahami seorang pembalap yang start dari grid paling belakang, tentu tidak mudah untuk menaklukan deretan para pembalap yang sama-sama mempunyai motivasi besar untuk finish di posisi terbaiknya. Ekspektasi saya tidak terlalu tinggi, jika Rossi masuk di 10 besar saja, itu sudah pencapaian yang luar biasa. Saat itu, perkiraan saya, paling banter Rossi finish di posisi 7 atau 8.

Namun segalanya menjadi lebih asyik, sejak start dimulai, kamera televisi terus menyorot pergerakan Rossi dalam melewati pembalap-pembalap lain. Pokoknya, buat mata dunia, malam ini Rossi penguasa valencia.

Di tikungan pertama saja, Rossi sudah menyodok diurutan ke 16, dan terus-terus melaju, sepertinya Rossi kali ini memakai rumus “gas pol rem pol“. Hehehe

Sebagai orang yang lama menyukai gaya balap Rossi, tanpa mengecilkan peran pembalap yang lain, apresiasi yang luar biasa patut saya berikan kembali kepada Valentino Rossi. Pembalap berjuluk The Doctor ini berhasil membuat saya sampai loncat-loncat dan teriak-teriak sendiri. Jujur, baru kali ini saya punya kaitan emosional dengan pembalap kriwul tersebut. Makanya tidak heran, jika jutaan penggila balap Moto GP (salah satunya saya) sangat mengidolakan dirinya.  Rasanya, tidak Moto GP kalau tidak ada Rossi.

Bayangkan saja, start dari grid paling buncit, Rossi justru berhasil menuntaskan balapan di Valencia ini di peringkat ke empat. Memang, faktanya posisi itu tidak cukup untuk mengungguli perolehan poin Lorenzo, yang kali ini sebagai pemenang seri pamungkas yang sekaligus menasbihkan dirinya untuk kembali menjadi juara dunia yang ketiga kalinya. Sebab, kemenangan dari balapan di seri Valencia ini membuat Lorenzo mengumpulkan 330 poin, unggul atas Rossi yang meraup 325 poin, dan beda hanya 5 poin.

Terlepas dari peristiwa dihukumnya Rossi atas insiden di Sepang dua minggu lalu, dan malam ini Lorenzo sebagai juaranya, buat saya pribadi, banyak hal yang patut diteladani dari seorang Rossi dalam tataran semangat dan spiritnya yang terus mencoba dan mencoba untuk melaju sebagai seorang pemenang. Tak heran jika banyak media global menasbihkan dirinya sebagai super star-nya Moto GP. Diakui atau tidak, hingga kini belum ada satu pembalap pun di Moto GP yang bisa menyamai kebintangan Rossi.

Sebagai bintang, banyak yang menganggap bahwa Rossie punya bargaining yang kuat untuk diistimewakan. Namun, nyatanya dia tetap loyal menerima hukuman atas insiden Sepang, dan masih termotivasi untuk menjadi seorang pemenang sejati. Modal profesionalisme dengan spirit tinggi itulah, yang jarang dimiliki oleh orang atau pembalap lain.

Untuk memulai balapan dari grid paling belakang, bisa jadi dipakai Rossi sebagai alasan untuk mengukur sampai sejauh mana kualitas kebintangan dia. Sebab dari awal, banyak yang bilang, bahwa misi Rossi untuk memenangi balapan malam ini adalah sebuah misi yang mustahil. Dan Rossi mencoba untuk menaklukan kemustahilan tersebut.

Hasilnya, posisi 4 bisa jadi menunjukan kapasitas Rossi sebagai seorang bintang yang sesungguhnya, dengan berbekal spirit dan motivasi tinggi, serta (mungkin) metode keahlian dia dalam memainkan “Gas Pol Rem Pol”.

Salam kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim