Rakyat Ngambek, Pilkada Sepi

Rakyat Ngambek, Pilkada Sepi
ilustrasi

TerasJatim.com – Tahapan pencoblosan dalam pilkada serentak 2015, telah usai kemarin (09/12). Kini masyarakat menanti hasil rekapitulasi suara di masing-masing daerah oleh petugas pemilihan umum.

Saat tahapan pencoblosan kemarin, banyak yang berpendapat, dari konteks pelaksanaannya secara umum berjalan baik, lancar, dan aman. Tidak ada persoalan dan gangguan yang menonjol yang menghalangi pelaksanaannya.

Terlepas dari segala persoalan yang  ada di masing-masing daerah, sebagian besar rakyat  di lebih dari 260 daerah yang tersebar di hampir seluruh Indonesia, telah memberikan hak pilihnya dengan baik dan relatif aman.

Namun harus diakui, fakta di lapangan menggambarkan, bahwa tingkat partisipasi dan kehadliran masyarakat pemilih, yang sejak awal diprediksi tak terlalu menggembirakan, bahkan cenderung rendah, akhirnya terbukti.

Secara umum, banyak pengamat politik yang mengemukakan, bahwa angka partisipasi masyarakat masih belum cukup membaganggakan, sebab tidak lebih dari 60 persen saja. Dan hal ini tidak sesuai dengan harapan pemerintah serta target  KPU sebelumnya, yang dipatok di angka 70 persen.

Melihat fenomena kali ini, ada beberapa pihak yang dalam konteks partisipasi dan kehadliran masyarakat dalam pilkada kemarin, cukup puas dan menggembirakan. Namun di sisi yang lain, tak jarang banyak yang menganggap, bahwa demokrasi di negeri ini sudah mengeluarkan signal kuning untuk hal sikap acuh dan apatisnya masyarakat terhadap politik.

Tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah politik yang terjadi di daerah dan negaranya.

Konon kabarnya, pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini arahnya sedang berjalan menuju demokrasi yang dewasa. Dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi tampak terlihat jelas perannya. Seharusnya, partisipasi masyarakat dalam politik, menunjukkan demokrasi semakin tampak di indonesia, sebab partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari sebuah proses demokratisasi.

Namun sayangnya, dari catatan pengalaman membuktikan, bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap gelaran politik, baik pemilu maupun pilkada, cenderung menurun.

Penyebab menurunnya angka partisipatif pemilu termasuk pilkada kemarin, salah satu alasannya adalah masyarakat sudah kehilangan respek dan harapan pada calon-calon yang maju dalam sebuah perhelatan politik. Hal ini dikarenakan  tingkat kepuasan mereka terhadap kinerja di semua sektor pemerintahan dan kinerja partai politik selama ini rendah dan semakin tergerus.

Masyarakat telah kehilangan harapan pada calon-calon yang berniat untuk menjadi pemimpin di negeri ini, karena selama ini masyarakat dirangkul dan dibutuhkan oleh mereka, hanya ketika akan dibutuhkan keringat dan tenaganya menjelang pemilu dan pilkada saja.

Banyak anggapan, bahwa parpol dan politisi sekarang terkesan hanya simbolik, dan hanya sebagai tunggangan untuk menuju sebuah kekuasaan yang meninggalkan kaidah-kaidahnya.

Rasanya tidak berlebihan jika sekarang tugas pemerintah dan unsur parpol semakin berat, yaitu untuk terus berusaha menumbuhkan tingkat partispasi politik di tataran masyarakat, termasuk bagaimana menjadikan masyarakat kembali mempercayai politik.

Ibaratnya, kini rakyat sedang  “ngambek” dengan politik, dan semoga “ngambeknya” tidak berkepanjangan.

Salam Kaji Taufan

(Diolah dari berbagai sumber)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim